Panjat Pinang di Desa Karanganyar

(Narasi oleh Muhammad Ja’far Qoir dan Miftakhul Fauzi)

Narasi

Panjat Pinang adalah salah satu hal yang menarik dan sekaligus menjadi ajang bagi warga Indonesia pada saat momentum kemerdekaan. Lomba ini seringkali dilakukan oleh beberapa warga  di setiap sudut negeri, salah satunya di setiap dusun di Desa Karanganyar. Beberapa warga membentuk kelompok untuk saling berlomba memenangkan hadiah dengan cara memanjat bambu yang di puncak bambunya di gantung hadiah serta bendera Merah Putih di tengahnya.

Dari pinang ke bambu

Saat kami sedang menyiapkan tempat untuk dijadikan lomba panjat pinang 17 agustus 2021 kami sengaja mengobrol dengan beberapa warga Dusun Klipoh yang salah satunya adalah Bapak Sutamar seorang ahli bangunan yang beralamat di Dusun Klipoh RT 001 RW 001, beliau menceritakan apa yang pernah didengar dari bapak nya dahulu, yakni dahulu saat Belanda masih menguasai Indonesia, mereka pernah mewajibkan wilayah koloninya untuk memperingati hari kelahiran Ratu Belanda. Oleh sebab itu, semua masyarakat diminta untuk melakukan berbagai perayaan seperti festival, hiburan, wayang, termasuk salah satunya lomba panjat pinang. Tidak seperti sekarang yang memakai pohon bambu untuk dipanjat, dahulu memakai pohon pinang asli sebagai ikonnya, berjalannya waktu pohon pinang semakin sulit dicari dan pohon bambu diambil sebagai pilihan utama karena kekokohannya. Pada tahun 1940-an, bahan makanan seperti beras, tepung, roti, keju, gula dan pakaian menjadi barang yang diperebutkan di puncak panjat pinang. Hadiah tersebut masih dinilai mewah oleh orang-orang pribumi. Tidak seperti sekarang yang hadiahnya berupa tv, sepeda motor, kambing bahkan tiket umroh yang sangat mewah bagi warga desa.

Sarana hiburan

Peserta panjat pinang terbagi di dalam beberapa regu untuk memanjat batang pinang setinggi 5-8 meter. Dahulu pinang dan sekarang tehal berganti bambu yang sudah dilumuri minyak pelumas (oli). Pada masa penjajahan yang menjadi peserta dalam panjat pinang tersebut hanya berasal dari kalangan pribumi. Sementara itu, para penjajah sebagai penonton hanya tertawa melihat orang pribumi yang tengah memanjat batang pinang. Artinya lomba panjat pinang mulanya adalah sebuah sarana hiburan orang Belanda. Namun tidak hanya pada perayaan hari kelahiran ratu belanda saja, seiring kemeriahan acara, orang belanda mengadakan hajatan pernikahan, pesta ulang tahun, atau festival lain, kerap mengadakan panjat pinang sebagai hiburan utama.

Perjuangan kemerdekaan

Karena sudah menjadi kebiasaan warga nusantara menjalani hiburan panjat pinang, tradisi lomba panjat pinang pun masih terus berlangsung hingga saat ini, namun kini diselenggarakan dengan pengertian yang berbeda. Sekarang lomba panjat pinang lebih menjadi rasa hormat kepada para pejuang, dengan mengibaratkan hadiah dipuncak sebagai sebuah ‘kemerdekaan’, maka panjat pinang punya filosofi yang mendalam, panjat pinang mengajarkan untuk berjuang mencapai kemerdekaan. Kemudian, kegiatan beregu ini dapat melatih kerjasama, kecerdikan, dan saling menopang antar pemain, warga yang menonton menjadi keluarga yang memberi semangat juang. Selain itu, tradisi panjat pinang juga menyingkirkan ego pribadi untuk mencapai kemerdekaan dan mengajarkan bahwa hasil kemerdekaan dibagi rata dalam masyarakat, sehingga hadiah dari panjat pinang dibagi ke warga yang menonton dengan cara dilempar dari puncak.

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Bapak Sutamar, dusun Klipoh desa Karanganyar

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...