(Narasi oleh Salma Salsabila R. dan M. Shodek)
Narasi
Pawang hujan merupakan orang yang mampu mencegah terjadinya hujan. Ketika ada acara atau kegiatan dan langit sedang mendung, maka biasanya orang-orang mencari pawang hujan agar hujan tidak jadi turun ke bumi ini. Biasanya hal ini dilakukan ketika di Desa Majaksingi yang sebagian besar petani sedang memanen dan membutuhkan sinar matahari untuk mengeringkan padi yang basah agar dapat diproses menjadi beras. Menurut Pak Hadi SantosO (50 tahun), seorang warga Dusun Krajan mengatakan bahwa keberadaan pawang hujan sudah ada sejak beliau kecil dan masih ada sampai saat ini. Beliau sendiri saat kecil pernah melihat bahan-bahan yang dijadikan sebagai pawang hujan atau alat perantara agar hujan tidak jadi turun.
“Yo dadi ki mbiyen tekan saiki yo podo wae carane, nganggo sapu duk utowo sapu lidi kae di jejer terus ono brambang karo lombok, sapu lidine mau ono sing di tugeli didadekne biting njur gawe nyunduki brambang karo lomboke mau njur brambang karo lombok sing ws di sunduki ditancepke ing lemah kuwi mau terus didoani” (ya jadi dulu sampai sekarang ya sama caranya, menggunakan sapu ijuk panjang atau sapu lidi, bawang merah, dan cabe. Sapu lidi tadi ada yang dipotong dijadikan lidi lalu ditusukan bawang merah dan cabe. Lalu bawang merah dan cabe tadi ditancapkan di tanah sembari didoakan) ucap Pak Hadi Santoso menjelaskan ritual yang dilakukan pawang hujan. Beliau juga menambahi jika doa yang digunakan biasanya diucapkan dalam bahasa Jawa dan disertai ritual sesajen. Sehingga hal tersebut kemudian membuat masyarakat Desa Majaksingi akan menyiapkan sesajen ketika akan menggunakan jasa pawang hujan.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bapak Hadi Santoso, Pelaku budaya, Desa Majaksingi