(Narasi oleh Nurul Amin H. dan Wasis)
Narasi
Mbah Cipto Rogo atau Mbah Bogelan adalah pepunden dusun Bogelan yang makamnya masih ada sampai saat ini. Menurut cerita yang disampaikan oleh Bapak Awal (50 tahun), warga Dusun Ngasinan yang berasal dari Dusun Bogelan, berdasarkan kisah yang Beliau dapatkan secara turun-temurun, Mbah Cipto Rogo adalah murid dari Si Mbah Mad Dusul. Mbah Cipto Rogo berperawakan dagel, agak gemuk, serta tidak tingi dan tidak pendek atau bogel. Dari sifatnya yang terkhir itu, maka orang-orang memanggilnya Mbah Bagel. Suatu waktu, Beliau diutus oleh Mbah Mad Dusul untuk memanggil orang supaya menghadap ke Mbah Mad Dusul. Namun, orang tersebut selalu beralasan dan tidak pernah datang kembali. Mbah Bogel kembali menemui orang tersebut dan memintanya menghadap Mbah Mad Dusul lagi. Namun, karena selalu menolak perintah dengan halus atau membangkan, maka orang tersebut di-sepatani (dikutuk) menjadi kera oleh Mbah Bogel. Dari situlah Mbah Bogel di kenal dengan nama Cipto Rogo (merubah tabuh manusia menjadi kera).
Adapun nama Dusun Ngasinan berasal dari panamaan masyarakat. Menurut Bapak Slamet yang sudah sepuh namun memiliki ingatan yang tajam (kurang lebih 80 tahun), lokasi Dusun Ngasinan saat ini dulunya merupakan tempat para burung berdatangan untuk ngasin (semacam cara burung untuk detoksifikasi). Dulu, banyak burun yang turun di daerah ini lalu memakan kerikil-kerikil kecil yang ada untuk membantu pencernaannya. Beberapa burung yang masih ada di lokasi tersebut hingga saat ini, antara lain adalah burung perkutut, burung emprit, dan burung gotilan. Di pagi hari setiap pukul 10, kurang lebih, burung-burung tersebut turun untuk mencari makan sembari ngasin. Karena seringnya burung-burung terlihat sedang ngasin di lokasi yang belum ada namanya tersebut, mulailah daerah tersebut diberi nama Ngasinan, yang sekarang menjadi Dusun Ngasin.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bapak Amal, 50 tahun, Dusun Ngasinan Desa Kembanglimus
- Mbah Slamet, 80 tahun, Sesepuh desa, Desa Kembanglimus