(Narasi oleh Haidar Imama dan Habib Safrodin)
Narasi
Petilasan Kyai Udan Bareng berada di Dusun Ngabean di tengah area persawahan. Kyai Udan Bareng merupakan murid dari Kyai Mojo dan salah satu orang kepercayaan Pangeran Diponegoro. Beliau mendapatkan mandat untuk menjaga area Balai Gede dan wilayah sekitar.
Salah satu karomah beliau adalah dapat mendatangkan hujan badai dan mengaburkan pandangan musuh, sehingga para penjajah melihat daerah sekitar Balai Gede menjadi hutan belantara dan tidak dapat melihat keberadaan para pejuang. Hingga sekitar tahun 1980-an, petilasan beliau masih sering digunakan untuk mengadakan doa meminta hujan. Namun setelah tahun 1990an petilasan tersebut jarang digunakan, meski keberadaan petilasan Kyai Udan Bareng sampai saat ini masih dilestarikan.
Pangeran Diponegoro mempunyai kuda putih untuk berperang, namun Beliau juga mempunyai kuda yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Pada saat bergerilya di sekitar Perbukitan Menoreh, kuda yang digunakan pangeran Diponegoro untuk kegiatan sehari-hari mati. Diyakini kuda tersebut dimakamkan di depan Petilasan Kyai Udan Bareng dan di atasnya ditanami pohon yang saat ini telah menjadi pohon besar. Oleh masyarakat di sekitar lokasi, kemudian dinamakan pohon jaranan.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Masyarakat sekitar, Desa Ngadiharjo