(Narasi oleh Haidar Imama dan Habib Safrodin)
Narasi
Salah satu peninggalan sejarah di Desa Ngadiharjo adalah berupa watu lumpang yang juga disebut lumpang kentheng yang berada di petilasan Dusun Sidengen. Konon bagi kepercayaan masyarakat sekitar, watu lumpang tersebut merupakan peninggalan Kyai Udan Bareng. Menurut penuturan Bapak Wahyu Sariyanto, yaitu seorang Kepala Desa Ngadiharjo mengatakan, “Sebelum dipindahkan ke area makam, watu lumpang ini dulu berada di pinggir jalan dibawah makam. Tidak terlalu jauh dari lokasi sekarang”. Pada tahun 1996, watu lumpang tersebut akan dipindahkan ke area makam sempat dalam proses pemindahannya terjadi kendala. Meski menggunakan peralatan mesin, lumpang tersebut seolah tidak mau dipindahkan, bahkan mesin pengangkutnya patah. Lalu, sesepuh desa melakukan ritual dan melakukan komunikasi dengan penghuni gaib yang ada di lumpang tersebut. Hingga kemudian terjadi kesepakatan setuju untuk dipindahkan dengan alasan akan dibangun jalan raya.
Kemudian pada tahun 1998, ketika pemerintah mengadakan program ABRI Masuk Desa atau AMD, watu lumpang ini akan dipindahkan lagi ke area Makam Sidengen. Seperti sebelumnya, proses pemindahan tidak berjalan lancar dan terkesan tidak masuk akal. Bagaimana tidak, mobil derek yang digunakan untuk membawanya tiba-tiba alat katrolnya patah dan ditambah dengan hal-hal aneh lainnya.
Akhirnya, lumpang tersebut dapat dipindahkan ke Makam Sidengen dengan cara dipikul oleh empat orang sesepuh desa yang berbadan kekar dan kuat. Itulah perjalanan watu lumpang peninggalan Kyai Udan Bareng yang sekarang berada di Makam Sidengen bagian bawah. Tidak banyak orang yang tahu, jika di dusun Sidengen terdapat satu peninggalan sejarah yang erat kaitannya dengan cerita Perang Diponegoro.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bapak Wahyu Sariyanto, Kepala desa, Desa Ngadiharjo