(Narasi oleh Taufik Hidayat dan Jamil Rochmatulloh)
Narasi
Kaos Merk Pupuk
Desa Tegalarum merupakan bagian dari Kecamatan Borobudur yang terletak di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini berada di ujung selatan Kabupaten Magelang. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Salaman, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tempuran dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Muntilan. Luas wilayah Desa Tegalarum adalah 160,16 ha/m2 yang terdiri dari empat dusun yaitu Dusun Prembulan, Susukan, Tegalwangi, dan Kedungrengit. Masyarakat Desa tegalarum dalam kesehariannya, pakaian yang digunakan sudah mengikuti perkembangan zaman. Masyarakat berpakaian menyesuaikan dengan aktivitas yang akan mereka lakukan, dalam kehidupan sehari hari mereka menggunakan kaos dan celana pendek. Sebagian besar masyarakat di Desa Tegalarum bermata pencaharian sebagai petani. Bagi para petani, kaos partai dan kaos merk pupuk masih menjadi top model.
Sorjan, Blangkon
Dalam beberapa momen, di Desa Tegalarum menyelenggarakan kegiatan yang erat hubungannya dengan bidang keagamaan dan kebudayaan. Untuk acara keagamaan, seperti khataman, tirakatan, atau pengajian, pakaian yang digunakan yaitu baju koko, sarung dan peci sebagai penutup kepala. Sedangkan pada acara kebudayaan atau acara adat, seperti pernikahan, pakaian yang digunakan budaya jawa komplit, seperti sorjan, jarit dan blangkon.
Jarit, Kebaya
Simbah Naimah lahir di Magelang, 12 Januari 1954 yang beralamat di Dusun Susukan, RT 02/RW 02, Desa Tegalarum mengatakan alasannya senang menggunakan baju jawa karena ingin nguri-uri kabudayaan “Pokoke nguri-nguri budaya ingkang ono ket jaman biyen, rasane nganggo kebaya & jarik kepenak. Aku iseh duwe kebaya 3, nek jarit 5 yo ono, selain gawe sehari-hari sok tak nggo nek diaturi lenggahan ngantenan, opo pas kumpulan yo sok tak nggo”
Nasi Sayur, Tumpeng
Masyarakat Desa Tegalarum mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Sebagai pelengkap nasi berupa sayur yang diambil dari sawah atau kebun pribadi. Untuk camilan masyarakat masih suka mengkonsumsi makanan tradisional seperti mendut, klemet, carang gesing dsb. Makanan tradisional tersebut masih sering disajikan ketika ada agenda di Desa, seperti pengajian atau acara acara slametan. Makanan yang disajikan secara khusus dalam beberapa acara budaya atau keagamaan antara lain tumpeng dan ingkung.
Limasan
Desa Tegalarum terletak di sebelah utara perbukitan Menoreh, sehingga suasana di pedesaan masih terbilang asri. Sebagian besar bentuk rumah di masyarakat Desa Tegalarum berbentuk limasan. Rumah limasan mempunyai karakteristik antara lain tinggi lantai dari tanah 70-80 cm bahkan ada yang 100 cm, bentuk bangunan seperti limas dengan jogo satru didepannya. Jogo satru merupakan tempat yang digunakan untuk beristirahat, kongkow atau tempat melepas penat setelah berpergian. Rumah utama pada rumah limasan masih memiliki 4 soko guru didalamnya dengan ukuran 10 x 9 m. Dibagian samping rumah terdapat longkang yang merupakan ruangan terbuka untuk bersantai keluarga atau dalam istilah jawa disebut “inis-inis”. Selain itu longkang biasa di fungsikan untuk menjemur pakaian. Didepan longkang terdapat pintu besar untuk akses keluar masuk, di belakangnya juga ada pintu masuk menuju dapur.
Joglo
Selain bentuk limasan, ada juga beberapa rumah yang berbentuk joglo, dan berbentuk kelabang yaitu bentuknya hampir sama dengan limasan tetapi menghadap atau gunungannya ada di depan, kalau bentuk limasan gunungannya ada di samping kiri dan kanan serta memiliki jendela rata-rata berjumlah 6. Seiring berkembangnya zaman, dan mulai banyaknya pendatang, bentuk rumah masyarakat Desa Tegalarum mengalami modernisasi hanya beberapa saja yang masih ada sebagai contoh Rumah limasan milik Bapak Triyatno (Carik Desa Tegalarum).
Gambar
Narasumber
- Simbah Naimah, 68 tahun, Sesepuh Desa, Dusun Susukan Desa Tegalarum
- Bapak Triyatno, Carik desa, Desa Tegalarum