(Narasi oleh Taufik Hidayat dan Jamil Rochmatulloh)
Narasi
Tangsi, Klantungan
Desa Tegalarum merupakan desa yang terletak di sebelah barat Borobudur. Desa ini diapit oleh beberapa sungai besar dan sungai kecil. Sungai besar terletak di sebelah utara Desa yaitu sungai Tangsi, sedangkan sungai kecil berada di sebelah selatan serta timur yaitu sungai Klantungan. Desa Tegalarum merupakan salah satu Desa yang termasuk pintu gerbang untuk memasuki kawasan wisata Borobudur. Dari arah barat berbatasan langsung dengan desa Ngadirejo Kecamatan Salaman.
Penyatuan 4 Dusun
Desa Tegalarum terdiri dari 4 Dusun, antara lain Dusun Prembulan, Dusun Susukan, Dusun Tegalwangi dan Dusun Kedungrengit. Dahulu keempat Dusun tersebut merupakan sebuah Desa yang dipimpin oleh Lurah. Desa Prembulan dipimpin oleh Ki Lurah Wiro Dikromo, Desa Susukan dipimpin oleh Ki Lurah Pawiro Sawali, Desa Tegalwangi dipimpin oleh Ki Lurah Raden Nitti Rejo dan Desa Kedungrengit dipimpin oleh Ki Lurah Citro Pawiro. Atas keinginan dari R. Nitti Rejo semua lurah diundang untuk berkumpul dirumahnya. Beliau lalu mengutarakan keinginannya, yaitu “meminta kepada Ki Lurah Wiro Dikromo, Ki Lurah Pawiro Sawali dan Ki Lurah Citro Pawiro untuk menyatukan empat desa menjadi satu desa”. Maka terjadilah perundingan yang alot, walaupun akhirnya semua Lurah di setiap Desa setuju. Namun kemudian timbul perselisihan “siapa yang menjadi lurah!?”, terjadilah perundingan yang ke dua untuk menentukan siapa lurah desa pasca digabungkan. Karena semua lurah ingin tetap memimpin dan tidak ada yang mengalah, akhirnya terjadi kesepakatan untuk mencari pedukung/pengikut. Siapa yang banyak pengikutnya maka dialah yang berhak jadi lurah.
Raden Nitti Rejo
Setelah menentukan hari, tanggal dan tempat pemilihan, maka disepakati pemilihan dilaksanakan di halaman rumah Raden Nitti Rejo dengan alasan halaman rumah yang cukup luas. Seluruh warga akhirnya dikumpulkan dan proses pemilihan pun dimulai. Pemilihan dilakukan dengan cara semua lurah berdiri sejajar dan warga yang akan memilih langsung berdiri dibelakang lurah pilihanya. Sambung menyambung masing-masing warga telah menentukan pilihannya. Pemenang dipilih berdasarkan siapa yang paling banyak diikuti/banyak pengikutnya. Setelah semua warga berjajar dan tidak ada yang berpindah lagi lalu dihitung oleh semua lurah bersama sama. Setelah dihitung ternyata R. Nitti Rejo lah yang pengikutnya paling banyak. Dengan hasil ini maka Ki Lurah Kromo Pawiro, Ki Lurah Prawiro serta Ki Lurah Citro Pawiro menerima dan mengakui kepemimpinan Ki Lurah R. Nitti Rejo.
Mbah Kyai Tegal
Untuk membedakan nama Dusun Tegalwangi dan nama Desa setelah digabungkan, maka oleh Ki Lurah R. Nitti Rejo memberi nama desa ini “Tegalarum”. Desa atau yang sekarang menjadi Dusun Tegalwangi dalam sejarahnya terdapat 2 peristiwa, yang pertama yaitu dahulu Mbah Kyai Tegal mempunyai istri Mbah Nyai Jedah alias Mbah Nyai Tegal yang berdomisili di Dusun Tegalwangi, tepatnya di daerah makam Tegalwangi sebelah selatan. Kehidupan mereka dibuktikan adanya sebuah lumpang untuk menumbuk padi tidak jauh dari tempat tinggalnya. Hingga akhir hayatnya, Mbah Kyai Tegal dimakamkan di Dusun Kurahan, Desa Karangrejo. Sedangkan. Mbah Nyai Jedah alias Mbah Nyai Tegal dimakamkan di Desa Tegal.
Abdi Kinasih
Beberapa tahun telah berlalu, seorang pejalan kaki yang asal usulnya dari Bantul, berdasarkan silsilahnya beliau adalah abdi kinasih dari Raden Hanyokrowati. Beliau diutus untuk melakukan perjalanan ke wonosobo meniliki abdinya yang menjadi Bupati disana. Dalam perjalanan pulang ke Yogyakarta beliau meninggal ketika sampai di Desa Tegal. Tidak ada satupun warga yang mengetahui, hingga selang beberapa hari, warga mencium bau harum atau wangi di sekitar Desa Tegal. Setelah pencarian oleh warga, ditemukan ada seseorang yang meninggal di tempat itu. Oleh warga setempat kemudian dimakamkan di Desa Tegal. Untuk mengenang bau wangi seorang abdi kinasih dan karena beliau dimakamkan di Desa Tegal, oleh masyarakat nama “Tegal” ditambahkan kata “wangi” menjadi Tegalwangi. Nama Tegalwangi masih digunakan dalam penyebutan nama Dusun di Desa Tegalarum hingga sekarang. Itulah sekilas kisah dari nama Desa Tegalarum dan Tegalwangi. Sejarah didapat turun temurun dari cerita para sesepuh yang kemudian diceritakan kepada para generasi.