(Narasi oleh Salma Salsabila R. dan M. Shodek)

Narasi

Menurut Pak Suyut, seorang warga dari Dusun Pakem yang mengetahui tentang Sendang Watu Jaran. Cerita sendang tersebut bermula pada zaman dahulu saat peperangan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda. Pangeran Diponegoro selalu membawa kemana-mana kudanya bersama dengan para prajuritnya, hingga suatu ketika sampai di Desa Majaksingi, yang tepatnya di Dusun Pakem. Di dusun tersebut terdapat sebuah sendang yang pada saat itu digunakan untuk mandi dan sumber mata air sehari-hari. Saat sesampainya di sendang tersebut, Pangeran Diponegoro ini memutuskan untuk berhenti sejenak untuk membersihkan badan atau mandi dan beserta kudanya agar lebih segar sebelum melanjutkan perjalanan ke yang lebih jauh lagi. Setelah beberapa saat Pangeran Diponegoro beserta prajuritnya melanjutkan kembali perjalanan mereka untuk menghindari musuh atau mencari tempat yang aman untuk berlindung.

Sekian lamanya sendang tersebut masih tetap digunakan tanpa adanya hal-hal aneh yang mengganggu masyarakat. Namun, suatu ketika saat musim kemarau yang panjang tiba-tiba sendang tersebut hanya mengeluarkan sedikit air. Setelah surut maka air di sendang menjadi keruh karena tanah atau lumpur yang ada di bawah kolam semakin jelas terlihat dan apabila ada yang mandi t akan menjadi keruh karena lumpur. Sebab hal tersebut berpuluh-puluh tahun lamanya sendang tidak digunakan karena dianggap sudah lama kering menjadikan sendang tersebut banyaknya ditumbuhi rerumputan sehingga masyarakat setempat sudah tidak lagi melakukan kegiatan sehari-harinya di sendang ini. Suatu ketika, ada salah seorang warga yang sedang mencari rumput untuk makan hewan ternaknya, namun tiba-tiba terdengar suara kuda yang begitu keras.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Bapak Suyut, Pemerhati budaya, Dusun Pakem Desa Majaksingi

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...