(oleh Mifti Anjani dan Erwanudin)

Narasi

Tahun baru Islam atau yang sering dikenal sebagai tahun hijriyah tahun ini memasuki tahun ke 1443 pada  Rabu 11 Agustus 2021. Selain pergantian tahun hijriyah bersamaan pada hari tersebut juga terjadi pergantian tahun jawa 1955. Berbeda dengan pergantian tahun masehi yang penggantiannya berlangsung pada tengah malam, pergantian tahun hijriyah dan jawa terjadi pada sore hari setelah bulan muncul. Sebab perhitungan kalender hijriyah dan jawa tidak menggunakan orbit/siklus matahari melainkan orbit/siklus bulan.

10 Muharram

Masyarakat Desa Kenalan sangat memuliakan dalam  menyambut kedatangan tahun baru atau datangya bulan muharram. Ungkapan  rasa tersebut sering diekspresikan dalam beberapa jenis kegiatan. Kemuliaan tahun baru bagi umat muslim tidak terbatas pada malam pergantian semata,akan tetapi dilakukan selama satu bulan, di desa kenalan puncak kegiatanya adalah kegiatan 10 muharram. Ekspresi tersebut dapat disebut kesunnah-an atau dalam bahasa jawa diartikan amalan.

Rangkaian perayaan pergantian tahun di Desa Kenalan ;

1.Do’a bersama

Doa bersama di lilaksankanan di masjid atau tempat ibadah setempat. Menurut cerita dari Pak Toha, kegiatan merayakan tahun baru islam/jawa atau biasa kami sebut suronan ini memang merupakan sebuah hal baru bagi masyarakat Desa Kenalan, bahkan di beberapa dusun tidak merayakan malam pergantian tahun ini. Berawal dari sebuah program kegiatan remaja dusun kemloko III pada tahun 2020. Kegiatan tahun sebelumnya hanya dilakukan oleh anggota kelompok remaja akan tetapi pada tahun ini kegiatan dihadiri oleh semua kalangan. Pada tahun ini sendiri yang melakukan perayaan malam 1 suro hanya dusun klanten dan mawong.

Malam 1 Suro

Kegiatan ini diselenggarakan pada malam ke-1 bulan muharam, bertempat di tempat ibadah dusun setempat. Waktu pelaksanaan sedikit fleksibel yakni hanya antara pukul 18.30 – 20.00 WIB, disesuaikan dengan kesepakatan oleh warga setempat atau panitia. Prosesi bersifat sederhana dan terbuka, siapapun diperbolehkan mengikuti kegiatan tersebut. Di awali dengan ramah-tamah dari kepala dusun setempat, kemudian dilanjutkan dengan berdo’a mengikuti kepercayaan masyarakat setempat dalam hal ini Desa Kenalan menggunakan cara Islam. Pada kesempatan ini pemimpin do’a juga memberikan nasihat kepada jamaah untuk senantiasa mendoakan Negara dan para pemimpinya.

Tempelan

Setelah sesi doa selesai dilanjutkan dengan makan bersama, menu makanannya adalah nasi bungkus di Desa Kenalan biasa kami sebut tempelan. Menu tersebut terdiri nasi, sayur kentang/tahu, mie goreng dan lauk (tahu/tempe/telur/ayam salah satu saja). Singkat cerita mengenai tempelan, selain tempelan nasi bungkus di desa kenalan juga sering disebut “Nok”. Disebut tempelan karena cara membungkusnya seperti membungkus tempe dengan daun, jadilah tempe-lan. Disebut Nok, karena nasi yang di dalam bungkusan itu 1 (sak) nok atau satu porsi. Tempelan adalah menu makanan yang sangat merakyat. Menu yang selalu ada dalam hampir setiap kegiatan desa, mulai dari perayaan hari raya, pengajian-pengajian, kerja bakti, mengirim makan ke ladang, dll.

 

2.Ziarah makam

Ziarah makam dilakukan di makam leluhur (cikal bakal desa), Berdasarkan cerita dari Pak Bambang, pada zaman perang Diponegoro melawan Belanda tahun 1825, setelah bedahnya goa Selarong Bantul, Laskar Pangeran Diponegoro pernah bermarkas di Goa yang berada di bukit Gondopurowangi berjumlah 9 orang dan tidak pernah terdeteksi oleh Belanda. Lama bermarkas di Goa Gondopurowangi untuk merencanakan strategi perang melawan belanda. Sampai pada akhirnya terdapat 3 orang yang meninggal dunia dan dimakamkan di samping Goa Gondopurowangi. Beliau yang meninggal tersebut merupakan keturunan Sunan Amangkurat. ketiga orang yang meninggal adalah:

  • Pangeran Prawiro Gondokusumo
  • Raden Ahmad Kusumo
  • Raden Prawiro Kusumo

Mitos Pohon Kemuning

Dahulu sebelum diketahui bahwa di Bukit Gondopurowangi terdapat sebuah makam, pada lokasi tersebut tumbuh sebuah pohon Kemuning. Pada lokasi tersebut, “setiap kali ada orang yang sedang mencari rumput untuk pakan ternak, dan kencing di sekitar area pohon kemuning, dapat dipastikan ketika sesampainya dirumah pasti langsung masuk angin” kata Mbah Toha.

Laskar Pangeran Diponegoro

Awal mula ditemukannya makam (petilasan) di Bukit Gondoprawiro yaitu pada tahun 1979 oleh seorang ulama dari tempuran yang bernama Kyai Maksum dan dibenarkan oleh ulama Watucongol yaitu Simbah Kyai Ahmad Abdul Haq Watucongol. Menurut para ulama penemu makam, para laskar pangeran Diponegoro itu wafat di bulan Muhamrram (Suro) antara tanggal 1-5. Maka dawuh dari para ulama yang menemukan  makam  tersebut agar warga masyarakat Kenalan  mengadakan haul (pengajian berupa peringatan untuk orang yang telah meninggal) para Laskar  Diponegoro pada bulan Muharram.

Mbah Kyai Ahmad Abdul Haq

Untuk kegiatan ziarah dan pengajian dimulai pada tahun 1980 dipimpin oleh Simbah Kyai Ahmad Abdul Haq Watucongol. Kegiatan ini kemudian disambut antusias oleh masyarakat sekitar dan hingga saat ini masih menjadi tradisi turun temurun yang dilakukan setiap tahunnya. Tidak ada syarat khusus dalam pelaksanaan ziarah tahunan 1 suro, sebab syarat terpenting agar dapat mengikuti tradisi ini adalah kemauan yang kuat untuk sampai di lokasi makam.

Makam Gondopurowangi

Lokasi Makam Gondopurowangi terletak di Lereng Bukit Gondopurowangi tepatnya di  Kemloko I, Rt 001/Rw 001, Kenalan, Borobudur, Magelang. Adapun untuk kendaraan tentunya pada saat ini (tahun 2021) belum dapat menjangkau area makam, sehingga para peziarah harus mendaki sekitar 20-30 menit untuk sampai di lokasi makam. Mengingat lokasi makam yang terletak di lereng bukit, waktu pelaksanaan ziarah dialokasikan pada pagi hari, sehingga pukul 07.00 WIB masyarakat mulai berangkat dari dusun masing-masing menuju lokasi makam.

Kondisi makam, pada saat ini makam yang ada di lereng Bukit Gondopurowangi telah dilakukan pembangunan fisik, terutama bagian nisan dan di sekitarnya. Sehingga peziarah dapat lebih nyaman ketika berziarah di makam. Perubahan dari kegiatan ziarah yang terjadi sangat terlihat pada masa pandemi tahun 2021.

 

3.Perayaan 10 muharam

Perayaan 10 Muharram atau disebut juga Pengajian khaul suro. Menurut cerita dari Pak Toha, Sebelumnya pada tanggal 1 Muharam telah dilakukan ziarah Bersama ke makam Gunung Gondopurowangi dan dilanjutkan dengan melakukan pengajian Haul pada tanggal 10 Muharram, pengajian haul ini dilakukan secara bergilir oleh dusun-dusun sekitar yaitu Gempal, Mawung, Klanten, Wonolelo dan Nalan. Selain pengajian haul suro peringatan 10 muharam juga dilakukan do’a bersama mirip seperti pada point 1. Hanya saja pada 10 muharam akan di bagikan pula bubur suro sebagai “srono” slametannya. Bubur suro di desa Kenalan adaah bubur nasi yang dibumbui dengan beberapa macam bebijian.

Namun dengan kondisi pandemi seperti sekarang kegiatan-kegiatan ini berdampak dengan pembatasan jumlah bahkan hingga tidak dilaksanakannya kegiatan-kegiatan ini.

Gambar

Lokasi

Narasumber

  • Bambang Ikhsantoso, Petani, Tokoh masyarakat, dusun Nalan III desa Kenalan
  • Toha Asy’ari, Petani, Pemerhati budaya, dusun Kemloko III desa Kenalan

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *