Tlisik dari bambu apus di Desa Bigaran Borobudur-Pak Suwito merakit tlisik

Pak Suwito membuat tlisik dari bahan bambu apus untuk melindungi bibit tanaman

Narasi

Mengenal Tlisik

Pagi itu saya mendatangi kembali Pak Suwaji untuk njajah desa milangkori, ternyata Pak Suwaji terlihat sedang sibuk dengan potongan-potongan bambu. Karena penasaran langsung saja saya tanyakan perihal tersebut kepada Pak Suwaji. Ternyata yang sedang dikerjakan Pak Suwaji adalah tlisik atau pagar cabai, menurutnya ini adalah sebuah peralatan tradisional yang berbentuk pagar yang digunakan untuk melindungi pertumbuhan benih cabai dari gangguan binatang seperti ayam, kambing, bebek atau yang lainnya. Tlisik terbuat dari bambu yang dibelah menjadi beberapa bagian. Potongan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tanah yang akan diletakkan benih cabai. Setelah itu dianyam menyilang mengitari tempat tersebut. Pembuatan pagar cabai dilakukan saat masa persemaian selama 2 bulan.

Tlisik Bambu Apus

Saat ini pagar cabai bisa menggunakan jaring yang dapat dibeli dengan mudah tetapi Bapak Suwaji, seorang petani di Desa Bigaran memanfaatkan bambu apus miliknya sebagai pagar benih cabai saat masa menanam cabai. Pagar cabai dengan bambu juga merupakan warisan yang sudah dilakukan orang-orang dulu. Sayangnya pada masa sekarang ini, banyak petani meninggalkan kebiasaan menggunakan pagar cabai dari bambu dan lebih memilih menggunakan jaring karena lebih praktis. Walaupun menurutnya Pak Suwaji, pembuatan tlisik menggunakan bambu lebih hemat biaya bila dibandingkan dengan jaring.

Gambar

 

Lokasi

 

 

Relasi Budaya

Narasumber

  • Bapak Suwaji

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...