Narasi
Berdasarkan data yang didapatkan dari kantor desa, menjadi petani merupakan pekerjaan mayoritas masyarakat Desa Bigaran. Petani di Desa Bigaran menanam berbagai jenis tanaman dan mengembangkan cara menanam, perawatan, dan panennya. Salah satu dari petani-petani tersebut adalah Pak Suwaji, seorang petani dari Dusun Bigaran berusia 63 tahun. Pak Suwaji mendapatkan pengetahuan mengenai tanaman dan cara menanamnya dari warisan ilmu orang tuanya. Beberapa tanaman yang ditanam oleh Pak Suwaji adalah:
Cabai
Pak Suwaji, sedang menanam cabai di lahannya saat musim hujan. Menurutnya, persiapan menanam cabai ini sudah dilakukan sejak beberapa bulan yang lalu. Dimulai dengan mempersiapkan benih cabai yang disebar pada sebuah pekarangan kecil. Kemudian membuat sebuah peralatan tradisional yaitu tlisik untuk melindungi pertumbuhan cabai dari gangguan hewan saat cabai tumbuh, hingga kemudian bisa dipindahkan ke lahan utama untuk bisa ditanam. Proses panen memakan waktu 3 – 4 bulan. kemudian cabai dipetik dan siap untuk dijual dipasar.
Jahe
Sudah menjadi rahasia umum bahwa jahe adalah tanaman yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Di Desa Bigaran terdapat petani yang menanam tanaman jahe, salah satunya adalah Bapak Suwaji. Menurut Bapak Suwaji, jahe memiliki harga yang tinggi untuk dijual, hal itulah yang membuat mereka memilih untuk menanam tanaman jahe. Cara menanam jahe terbilang tidak terlalu rumit, benih jahe diambil dari hasil yang sudah dipanen, dipilih jahe yang baik dengan ukuran yang sedang, tekstur yang tidak kering dan tidak basah dan ditanam pada lahan yang sudah diberi lubang, kemudian jahe dimasukkan ke dalamnya dan diberi pupuk kandang, setelah itu ditambahkan tanah diatasnya. Biasanya jahe akan muncul setelah 15 hari. Setelah itu hanya didiamkan dan dirawat sebaik mungkin agar bisa tumbuh menjadi jahe yang baik. Jahe akan dipanen setelah kurang lebih 1 tahun ditanam.
Singkong
Sudah banyak yang tahu bahwa singkong adalah tanaman yang bisa digunakan untuk berbagai bahan makanan olahan. Hal itu terbukti dengan banyaknya makanan yang dibuat di Desa Bigaran yang berbahan singkong. Tentu ini juga menjadi sebab mengapa banyak juga petani yang menanam singkong yang nantinya bisa dijual atau diproduksi sendiri menjadi bahan makanan.
Bapak Suwaji, yang saat saya datangi ini sedang mencabut singkong yang sudah siap untuk dipanen. Menurutnya, kira kira 8 bulan untuk menunggu singkong dapat dipanen. Sebelum mencabut singkong, batang dipotong terlebih dahulu kemudian disisakan menjadi bagian kecil untuk menjadi pegangan saat mencabut. Saat mencabut menggunakan kedua tangan dan ditarik ke atas sampai singkong dapat keluar dari tanah.
Senggot
Saat mengalami kesusahan dalam mencabut ada triknya tersendiri yaitu dengan cara disenggot, yaitu dengan cara menggunakan kayu dan tali, pada potongan batang yang masih tersisa diberi tali kemudian kayu dimasukkan. Setelah terpasang, kayu diangkat keatas sampai singkong dapat terangkat. Sistemnya seperti di jungkit keluar.
Kopi Coklat (Kakao)
Selain singkong, cabai, dan jahe, banyak warga Bigaran yang membudidaya kopi coklat atau sebutan lokal bagi kakao, salah satunya adalah Bapak Suwaji. Budidaya kopi coklat ini sudah ada sejak 10 tahun yang lalu, menurut beliau membudidaya kopi coklat cukup menghasilkan untuk dijual. Untuk tumbuh besar, kakao memerlukan waktu sekitar 1 tahun. Merawat kakao seperti merawat tumbuhan lainnya yaitu dengan memberi pupuk dan diberi obat pembasmi hama. Buah kakao yang sudah muncul biasanya diberi plastik agar hasilnya juga baik.
Saat kakao sudah matang dicirikan dengan buahnya yang menjadi warna kuning, maka siap untuk dipetik. Langkah berikutnya, kemudian buah dibuka dengan dibelah menggunakan pisau, kemudian didiamkan selama 2 malam agar lebih bagus kualitasnya kemudian dijemur, ketika sudah kering ditandai dengan warna yang berubah menjadi coklat, biasanya akan ditapeni agar bersih kemudian siap untuk dijual.
Gambar
Relasi Budaya
- Makanan tradisional berbahan singkong ; Lempeng, Monggleng, Slondok
- Pengetahuan tradisional ; Macul, Senggot
- Peralatan tradisional ; Tlisik
Narasumber
- Pak Suwaji, 63 tahun, petani desa Bigaran; Mendapatkan pengetahuan tradisional cara menanam dari orang tuanya secara turun temurun
Sumber Lain
Dari Kanal