(Narasi oleh Mustofa dan Zam Zamil Huda)
Narasi
Tumpeng, golong, giling dan ingkung merupakan sejenis menu makanan yang wajib ada dalam sebuah prosesi wilujengan. Setiap menu memiliki pemaknaan yang berbeda-beda. Dan untuk mengetahui hal tersebut saya mengunjungi Bapak Ali Muksin yang beralamatkan di Dusun Miriombo Wetan RT 005 RW 006, beliau merupakan sesepuh desa yang berusia 83 tahun dan mantan imamudin atau kaum untuk dusun Miriombo Wetan.
Makna tumpeng
Tumpeng memiliki bentuk yang mengerucut dengan titik kerucut berada di atas. Dulu, tumpeng ini dibentuk dengan perlengkapan khusus, yakni kukusan yang terbuat dari anyaman bambu. Meski memiliki bentuk yang sama, akan tetapi ada berbagai macam bentuk tumpeng yang dibedakan dari warna nasi (beras maupun jagung), bentuk besar atau kecil, serta tujuan utamannya. Artinya setiap tumpeng juga dapat memiliki pemaknaan yang berbeda-beda tergantung dari hajatan yang dilakukan. Pemaknaan tumpeng dimulai dari paling atas tumpeng. Tepat diujung atas tumpeng sering diberi “kuluk” atau topi yang terbuat dari daun pisang yang berwarna hijau. Kuluk tersebut merupakan sebuah perlambang dari kemakmuran, kenyamanan, dan perdamaian yang diambil dari warna hijau daun pisang tersebut. Kemudian dengan bentuknya yang juga mengerucut menyimbolkan jika kemakmuran, kenyamanan dan perdamaian tersebut hanya milik Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) yang kemudian menyebar ke bawah atau ke hambanya.
Makna Nasi Golong
Di bagian bawah kerucut kemudian dibuat sabuk/tali kendit yang juga terbuat dari daun pisang yang dikepang atau dianyam. Hal tersebut menyimbolkan jika tali ikatan persaudaraan tersebut akan kuat jika dibangun yang disimbulkan dengan dianyam. Selain itu juga menjadi simbol jika orang lemah/orang kecil yang bersatu akan menjadi kekuatan yang besar, seperti halnya dengan anyaman daun pisang tersebut. Kemudian di bawah tumpeng ada nasi yang dibentuk bulat-bulat yang diistilahkan dengan golong. Nasi golong ini merupakan sebuah persimbolan dari pendidikan yang diajarkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Meskipun hanya orang tuanya yang mengadakan hajatan, akan tetapi semua anak-anaknya juga diikutsertakan. Biasanya jumlah golong tersebut sama dengan jumlah anak yang dimilikinya. Tujuan dari pembuatan golong tersebut adalah agar anak-anaknya nanti dapat mengikuti kebaikan dan perikaku terpuji yang dilakukan oleh orang tuannya. Bagian paling bawah terdapat hasil bumi yang beraneka ragam dari darat dan air. Hal tersebut merupakan sebuah simbol dari kesejahteraan, kemakmuran, dan juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT).
Makna Ingkung
Mbah Ali Muksin melanjutkan pemaknaan menu ayam ingkung. Keberadaan ayam ingkung ini sebenarnya merujuk kepada perintah Nabi Muhammad SAW jika akan mengadakan selamatan maka alirkanlah darah. Darah tersebut dapat berasal dari ayam, telor ayam, landak, kambing, sapi, dan unta. Lantas ayam ini menjadi pilihan dengan sebab hewan yang relatif lebih mudah untuk didapatkan. Pemaknaan ayam dimulai dari asal katanya dari bahasa arab ayamun yang berarti hari. Yang kemudian menjadi simbol agar mendapatkan keselamatan, kesejahteraan dan ketentraman setiap harinya. Lantas pemaknaan kedua adalah dari nama ayam dalam bahasa jawa pitik yang juga berasal dari bahasa arab yang memiliki arti kunci. Hal tersebut kemudian menjadi simbol jika ayam ingkung tersebut merupakan kunci dari hajatan atau wilujengan yang diadakan. Dalam membagi daging ayam ingkung ini tidak diperbolehkan untuk mematahkan tulang-tulangnya, namun pembagiannya adalah dengan mematahkan tepat pada ruas-ruasnya. Tindakan ini merupakan persimbolan atas larangan Nabi Muhammad agar tidak memutuskan tali persodaraan.
Tumpeng Miriombo Wetan
Pemaknaan tumpeng tersebut berbeda pada setiap hajatan sesuai dengan tujuan hajatan tersebut. Pada acara merti dusun Miriombo Wetan, setiap tumpeng dan golong pun memiliki tujuan dan pemaknaan yang sedikit berbeda. Bapak Ali Muksin kemudian menjelaskan secara rinci mengenai tumpeng dan ubo rampenya tersebut. Tumpeng berwarna kuning merupakan simbol dari sifat bakti masyarakat Miriombo Wetan terhadap leluhur yang ada di Miriombo Wetan. Kemudian Tumpeng Kencono merupakan sebuah simbol untuk meminta kepada Allah SWT agar segala do’a-do’anya terijabah, segala usaha yang dilakukan masyarakat Miriombo Wetan baik petani, pedagang, buruh, dsb, dapat berjalan dengan lancar dengan hasil yang maksimal tanpa suatu kendala apapun.
Wilujengan
Dalam acara wilujengan Miriombo Wetan tersebut juga terdapat beberapa golong yang setiap golong merupakan simbol-simbol tertentu. Yang pertama adalah sebagai simbol kebaktian kepada istri nabi Adam AS yang telah melahirkan umat manusia. Yang kedua adalah sebagai simbol bakti kepada Ki Ageng Mataram yang mulai babat alas di tanah Jawa. Yang ketiga adalah sebagai simbol bakti kepada Ki Juru Mentani. Kemudian yang keempat adalah sebagai simbol bakti kepada Dewi Sri yang atas rezeki dan bibit tanaman yang tumbuh bagi para petani. Selanjutnya adalah golong sebagai bentuk bakti kepada Dewi Pertimah. Kemudian yang terakhir adalah golong empat penjuru mata angin dan satu pusat sebagai wujud permintaan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dikabulkan permintaannya. Dan secara umum hajatan wilujengan tersebut merupakan bentuk untuk membersihkan dusun (merti dusun) agar bumi yang ditempati bersih dari berbagai gangguan dan mendapatkan kehidupan yang nyaman dan tentram
Gambar
Narasumber
- Ali Muksin, 83 tahun, Sesepuh Desa, Dusun Miriombo Wetan RT 02/RW 06, Desa Giripurno