(Narasi oleh Taufik Wahyono dan Abdul Majid)
Narasi
Gerilya P Diponegoro
Alas Setedeng ini terletetak di sisi sebelah barat Pos Mati. Kenapa bisa dinamakan setedeng, ’setedeng’ diambil berarti dari kata ’tedeng’ yaitu aling-aling atau tempat berlindung. Tempat ini dulunya adalah tempat persembunyian Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya dari serangan para penjajah Belanda yang terus mengejar dan menembaki Pangeran Diponegoro dan pasukannya. D tempat inilah Pangeran Diponegoro bisa beristirahat sejenak karena lokasinya sangat rimbun yang tumbuh pohon besar.
Mitos Menjemur Gaplek
Saat Pangeran Diponegoro beristirahat sebagian dari pasukannya ada yang mengawasi pergerakan musuh-musuhnya. Setelah mendapat laporan dari pasukannya bahwa musuh masih tetap mengejar, kemudian Pangeran Diponegoro berdo’a supaya tidak terlihat oleh musuh, keajaiban pun terjadi, sesaat setelah Pangeran Diponegoro berdo’a tiba-tiba muncul mego mendung atau awan mendung sehingga tempat ini tidak dapat terlihat oleh musuh. Oleh sebab itu, tepat di sisi sebelah selatan Alas Setedeng dinamakan Alas Mego Mendung. Di Alas Mego Mendung ternyata ada hal yang unik menurut cerita turun temurun, yaitu apabila ada seseorang atau siapapun yang berani menjemur gaplek atau ketela di tempat tersebut, maka akan datang mendung yang hitam atau angin kencang, sehingga sampai saat ini tidak ada masyarakat yang berani menjemur gaplek atau ketela.
Aura/cahaya
Sampai saat ini, Alas Setedeng masih dipercaya mempunyai aura atau energi yang sangat kuat. Menurut para sesepuh dan para winasis, bila dilihat dengan mata batin tempat ini nampak seperti lapangan atau alun-alun, dan pada malam-malam tertentu jika dilihat dari kejauhan di atasnya tempat tersebut bercahaya, namun itupun tidak semua orang dapat melihatnya.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Zaenal Muntolip, 39 tahun, Dusun Kalitengah RT 07/ RW 02, Desa Giritengah