(Narasi oleh Jiyomartono dan Nurudin)

Narasi

Berdasarkan penuturan Pak Dakelan (57 tahun), konon katanya di Negeri Ngesam berdiri Kerajaan Banjarngalim. Pada suatu ketika Sang Ratu menderita sakit yang tak kunjung sembuh. Maka Sang Raja memerintahkan seluruh hulubalang untuk mencari obat penawar ke seluruh pelosok Negeri Ngesam. Namun setelah sekian lama, usaha Sang Raja masih belum membuahkan hasil karena Sang Ratu masih sakit. Pada saat gundah gulana, Sang Raja mendapatkan ilham bahwa obat manjur sakit Sang Ratu berada di Pusering Jagat, yaitu di Pulau Jawa. Segera setelah itu Sang Raja mengutus dua orang kepercayaannya yang gagah berani, tampan dan sakti mandraguna, bernama Asmorosupi dan Asmorobangun. Keduanya menyanggupi dan bergegas berangkat ke Pulau Jawa sesuai titah Sang Raja.

Sesampainya di Pulau Jawa, tepatnya di Bukit Tidar yang merupakan pusering jagat (pusat) Pulau Jawa, Asmorosupi dan Asmorobangun melihat benda yang bersinar terang benderang dari arah selatan. Dengan sigap kedua utusan menuju ke arah benda tersebut. Sesampainya di sana, ternyata benda yang bersinar tadi adalah sebuah keraton yang megah dan mengkilap. Saat meminta izin penjaga gerbang, penjaga tersebut menolak permintaan dua utusan tersebut. Akhirnya terjadi pertarungan sengit antara penjaga gerbang dengan Asmorosupi dan Asmorobangun. Setelah lama bertarung, akhirnya, kedua utusan tersebut berhasil memenangkan pertarungan, dan akhirnya penjaga gerbang membuka gerbang serta diantar menghadap Ratu Genowati, sebagai penguasa keraton tersebut. Setelah menyampaikan maksudnya, dan lama berdebat, Ratu Genowati bersedia memberikan petunjuk dimana obat tersebut berada. Ternyata alasan kenapa Ratu Genowati mengizinkan, karena beliau jatuh hati kepada salah satu utusan tersebut. Segera setelah itu, Ratu Genowati mengantar kedua utusan untuk mengikuti kijang bernama Kidang Kencono ke arah utara hingga menuju obat penawar sakit yang bernama lengo tolo banyu wilis. Setelah sampai di suatu tempat, ternyata obat penawar tersebut berada di dalam mulut ular raksasa. Dengan sigap Asmorosupi dan Asmorobangun turun dan melawan ular raksasa. Setelah mengeluarkan seluruh ilmu kesaktiannya, Asmorosupi dan Asmorobangun berhasil menaklukkan ular raksasa tersebut dan dengan gagah berani, lengo tolo banyu wilis berhasil diambil dari mulutnya.

Akhirnya Asmorosupi berterima kasih dan berpamitan dengan Ratu Genowati.  Namun sebelum berpamitan, Ratu Genowati sempat berpesan agar sebelum sampai di Negeri Ngesam, sang utusan tidak boleh menoleh ke belakang. Setelah menyanggupi pesan tersebut sang utusan kemudian bergegas pulang menuju Kerajaan Banjarngalim. Namun dalam perjalanan pulang, kedua utusan tersebut sengaja menengok ke belakang dan akhirnya mereka melihat pohon beringin terbesar dan menjulang tinggi ke langit yang daunnya berwarna putih dan hanya terdiri dua batang yang menghadap ke utara dan satu batang yang lebih besar ke arah selatan. Menurut mitos, saking tingginya, jika daunnya jatuh, daunnya bisa melayang sampai ke Negeri Belanda. Konon katanya jika bayangan daun beringin putih ini jatuh pada orang yang sedang berhubungan badan, maka keturunannya akan berkulit putih (bule) atau disebut albino.

Akhir dari cerita legenda ini, kedua utusan berhasil sampai di Kerajaan Banjarngalim, dan segera lengo tolo banyu wilis diminumkan ke Sang Ratu dan akhirnya beliau berangsur sembuh dari sakitnya. Dahulu, khusus RT. 01, Rw.13 di Dusun Ringinputih, tidak ada rumah yang menghadap ke utara karena diduga menghadap langsung ke arah pintu Keraton Ratu Genowati karena takut akan terkena kutukan. Demikian cerita kepercayaan tentang asal usul Desa Wringinputih, meski demikian tidak diketahui secara pasti kapan nama tersebut dipakai sebagai nama desa dan dusun.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Pak Dakelan, 57 tahun, Pemerhati budaya, Dusun Ringinputih Desa Wringinputih

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...