Narasi
Di Desa Giritengah, terdapat seorang pembuat batu bata bernama Ahmad Toha. Untuk membuat batu bata, Pak Ahmad menyiapkan tempat untuk membuatnya yang disebut brak boto. Setelah itu, Ia mulai menggali tanah yang cocok digunakan untuk membuat batu bata. Ia mencampurkan tanah galian tersebut dengan air lalu dinjak-injak. Setelah tanah mulai menyatu dengan air, Ia menyiapkan alat cetak yang terbuat dari kayu berbentuk persegi panjang dan bisa mencetak hingga 8 buah batu bata.
Awalnya, Ia memasukkan alat tersebut ke dalam air lalu dicampur dengan abu agar batu batanya bisa lepas dari cetakan. Setelah itu, batu bata didiamkan semalaman. Saat pagi hari, batu bata tersebut diubah posisinya menjadi miring sehingga bisa rata keringnya. Setelah dirasa cukup keras, batu bata tersebut ditata diatas tanah secara bersusun. Proses tersebut dilakukan secara berulang hingga diperoleh batu bata dengan jumlah yang cukup banyak.
Batu bata tersebut disusun selang-seling membentuk kubus, dan di dalamnya disediakan ruang untuk memasukkan kayu bakar. Kemudian, batu bata dibakar kurang lebih satu hari satu malam tergantung jumlah batu batanya. Jika batu bata terbakar dengan sempurna, apinya membumbung hingga keatas. Saat membakar batu bata tersebut, api harus terus diamati agar tidak padam. Saat pembakaran selesai, batu bata didiamkan hingga dingin. Kemudian, batu bata tersebut dibongkar dan dijual. Batu bata tersebut dijual di tempat dan biasanya masyarakat mempromosikannya dari mulut ke mulut.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bapak Ahmad Toha (44 tahun), Dusun Kalitengah