Budidaya Padi; Tanam, Panen dan Pasca Panen

(Narasi oleh Taufik Hidayat dan Jamil Rochmatulloh)

Narasi

Distribusi penduduk Desa Tegalarum berdasarkan pekerjaan didominasi oleh penduduk yang bekerja sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 455 jiwa. Namun demikian, tak sedikit pula penduduk yang bekerja sebagai petani/pekebun, jumlah penduduk yang menjalankan profesi ini sebanyak 336 jiwa (SIKDES Tegalarum, 2019). Salah satu masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani yaitu Bapak Sulton selaku warga Dusun Prembulan, RT 03/RW 01, Desa Tegalarum.

Labuh, Tandur

“Tahap awal sebelum melakukan tanam padi adalah dengan mencangkul sawah, mencangkul sawah dan juga membajak sawah dengan traktor atau dalam istilah jawa proses tersebut dinamakan labuh. Kemudian melakukan tanam padi (tandur) dari awal labuh sampai 5 bulan, jika ada rumput-rumput liar maka dilakukan matun atau dawut dengan membersihkan rumput-rumput liar yang mengganggu pertumbuhan padi dengan dicabut atau menggunakan arit. Pada kurun waktu selapan dino (35 hari) dilakukan pemupukan dengan menaburkan mes pada saat umur padi 20 hari dan pemupukan mes kedua pada umur 50 hari dan menunggu sampai panen” jelas Bapak Sulton.

Ani-ani

Panen dilakukan ketika padi berumur 105 hari. Kalau zaman dahulu panen dengan menggunakan ani-ani (sebuah pisau kecil yang dipakai untuk memanen padi). Namun, untuk panen dengan ani-ani tangkai bulir padi harus dipotong satu per satu, sehingga proses ini memakan banyak waktu. Tetapi keuntungannya dibanding dengan penggunaan sebuah arit, jumlah panenan lebih banyak karena lebih teliti sehingga bulir padi yang terlewat dipanen dapat diminimalisir. Jika menggunakan arit tidak semua batang ikut terpotong. Akan tetapi, kini ani-ani sudah mulai ditinggalkan dan beralih pada arit (alat pertanian berupa pisau melengkung menyerupai bulan sabit) untuk efisiensi waktu panen.

Diiles, Nepleki

Padi yang telah dipanen kemudian dipisahkan dengan batangnya. Pada zaman dahulu dengan cara diiles (diinjak manual dengan menggunakan kaki). Untuk sekarang masyarakat menggunakan mesin yang bernama tleser (alat yang berfungsi sebagai perontok padi atau jagung). Cara kerja tleser yaitu padi yang dimasukkan pada mesin akan terpisah sendiri antara padi dan jerami. Kerja mesin ini lebih cepat karena menggunakan double power. Masing-masing alat baik tradisional atau modern mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kalau diiles lebih banyak padi yang didapat akan tetapi memakan waktu yang cukup lama dan setelah selesai perlu tahapan selanjutnya yaitu nepleki (memisahkan padi dengan kapak-kapak). Berbeda jika menggunakan tleser, padi udah langsung terpisah dengan kapak-kapaknya (kotoran biji padi yang kosong/kopong). Jadi padi yang dihasilkan lebih bersih dan tidak perlu dilakukan tahapan selanjutnya (nepleki).

Mepe gabah, Diselep

Tahap selanjutnya Ketika padi sudah menjadi gabah, kemudian dijemur dibawah terik sinar matahari. Jika panasnya stabil, waktu penjemuran cukup 3 hari, namun jika cuaca atau panas dari sinar matahari kurang stabil bisa sampai 5 hari. Padi yang sudah dijemur dan sudah kering kemudian diselep (digiling). “Dahulu untuk penggilingan padi di tempat Bapak Kamaludin yang beralamat di Dusun Susukan, namun untuk sekarang sudah banyak mesin penggiling padi keliling (selepan keliling). Padi yang telah diselep sebagian akan disisihkan untuk dikonsumsi sendiri dan bisa sampai panen kedua.

 

Gambar

Narasumber

  • Bapak Kamaludin, Petani padi, Dusun Susukan Desa Tegalarum

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...