(Narasi oleh Romdhoni dan Andika Ulinnuha)

Narasi

Caping adalah topi atau penutup kepala yang terbuat dari iratan bambu apus dan bambu jawa yang mempunyai sifat halus, tipis, dan panjang ruasnya teratur, serta ringan. Bentuk caping melebar dengan lingkaran antara 40 sampai 60 cm serta ujungnya ada yang runcing dan tumpul., tergantung kebutuhan dan pesanannya. Topi ini dulu mudah sekali didapat di pasar-pasar tradisional.

Kata Mbah Harjo (67 tahun), warga Dusun Jomblang, Desa Tanjungsari, caping biasanya dipakai para petani desa saat bekerja di sawah. Entah pada saat mengolah tanah, menebar bibit, menanam, maupun saat panen. Tidak menutup kemungkinan digunakan juga saat mencari kayu bakar ataupun rerumputan. Tujuan memakai caping untuk melindungi kepala dari panas terik matahari dan hujan. Pada masa kini, kalau kita menyusuri sawah, pemakai caping kebanyakan adalah para petani wanita. Alasan adalah untuk melindungi wajah agar tidak lebam tersengat matahari di suasana sejuknya persawahan yang segar.

Hingga pertengahan tahun 2000an, masih terlihat banyak penarik becak dan tenaga buruh di daerah borobudur yang memakai caping. Namun kini, kebanyakan mereka menggunakan topi masa kini. Demikian juga para petani pria juga jarang menggunakan caping atau topi bambu. Bukan karena sulit didapat, tetapi alasan praktis saja. Selain topi masa kini yang terbuat dari kain lebih ringan juga tidak mudah diterpa angin kala pergi sawah dengan naik sepeda motor atau sepeda kayuh.

 

Gambar

Narasumber

  • Mbah Harjo, 67 tahun, sesepuh desa, petani, Dusun Jomblang Desa Tanjungsari,

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...