Cerita Tentang Tradisi Daur Hidup Orang Jawa

(oleh Mifti Anjani dan Erwanudin)

Narasi

Mitoni

Pada waktu sore hari sekitar jam 17:00 wib saya diberitahu oleh teman saya, bahwa ada acara peringatan mitoni di Dusun Kemloko 4, Desa Kenalan, akan tetapi dusun itu agak jauh dari tempat tinggal saya dan sudah beda dusun dengan tempat saya tinggal, akhirnya saya langsung pergi ke tempat teman saya yang rumahnya ada di dusun kemloko 4, setelah saya sampai dirumah teman saya, langsung saya bertanya, “apakah nanti malam ada acara mitoni di dusun kemloko 4?”, tanya saya, “ada”, jawab teman saya, terus saya bertanya lagi, “yang menggelar acara mitoni itu  siapa mas bro?”, “di tempatnya pak djemu”, sahut teman saya,  dalam hati saya berkata “wah,,, berpotensi untuk di dokumentasi ini”, tapi sayang seribu kali sayang, acara mitoni mitoni di Desa Kenalan itu biasanya cuma mencakup satu jamaah (kelompok) dan dikarenakan saya tidak bisa mendokumentasikan acara tersebut, akhirnya saya minta tolong pada teman saya untuk mendokumentasikan acara tersebut (sembari saya mengeluarkan rokok 1 bungkus untuk teman saya) pada awalnya teman saya menolak waktu saya kasih rokok tersebut,akan tetapi setelah saya bujuk dan saya rayu, “tolong saya mas bro…? ini tugas pelatihan saya mas bro…?” setelah selesai saya bujuk akhirnya teman saya mau untuk mendokumentasikan acara mitoni tersebut dan menerima rokok pemberian saya. Setelah malam hari dan mungkin telah selesai acara mitoni di tempat Pak Jemu, teman saya langsung mengirimkan hasil dokumentasi yang saya minta lewat whatsapp. Setelah saya mempunyai hasil dokumentasi acara mitoni tersebut, esok pagi harinya saya langsung ke tempat Mbah Suhadi dan saya langsung bertanya pada Mbah Suhadi mengenai mitoni. Mbah Suhadi adalah seorang sesepuh dari Dusun Kemloko 2, berusia 75 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai petani, berdasarkan pengalaman dan cerita dari warga, beliau memiliki banyak pengetahuan mengenai tradisi di Jawa.

Mitoni niku nopo mbah (mitoni itu apa mbah)?”, “mitoni ki yo mengeti nek umur kandungan kuwi wes umur pitung wulan (memperingati ketika kandungan seorang  perempuan sudah berusia tujuh bulan)’, jawabnya. “Terus nek maksud kaleh tujuane mitoni nopo mbah (apa maksud dan tujuan mitoni)”, tanyaku lagi, “Tujuane ki yo ndongo lan nyuwun karo gusti ALLOH ben si cabang bayi karo ibune ki pinaringan slamet,sehat kabeh lan nek mangsane lahiran di paring gampang ( meminta dan berdoa kepada ALLAH SWT agar diberikan keselamatan dan Kesehatan dan juga bila waktunya sudah lahir,agar di berikan kemudahan dan kelancaran.”, jawab Mbah Suhadi

Proses dan cara mitoni yang ada di desa kenalan adalah:

1)Membuat makanan (sodaqoh)

  • Membuat tumpeng pitu tujuanya adalah peringatan jika usia kandungan sudah berusia 7 bulan
  • Membuat jenang abang maksudnya adalah simbol seorang perempuan (waktu datang bulan) jika di gunakan waktu acara mitoni
  • Membuat jenang putih maksudnya adalah simbol seorang laki laki (sel telur) jika di gunakan acara waktu acara mitoni
  • Membuat jenang baning maksudnya adalah jika bayi sudah lahir,pikiranya biar jernih dan bisa mengingat kepada ALLAH SWT
  • Membuat jenang baro maksudnya adalah wujud rasa berbakti kepada ALLAH SWT
  • Membuat jenang brojol maksudnya adalah jika sudah saatnya lahir,biar diberikan kemudahan dan kelancaran
  • Jajanan pasar (larakan)maksudnya adalah memberi sodaqoh kepada orang orang yang ikut memperingati mitoni
  • Liwet waras (dalam wadah/kendil) maksudnya adalah biar di berikan kemudahan dan kelancaran pada waktu lahiran

2) Proses doa bersama

  • Mujadahan
  • Membaca kitab ayat ayat suci alquran ; surat lukman, surat sajadah, surat tabarok, surat waqingah, surat kahfi, surat Maryam, surat an nisa
  • Memecahkan nasi waras (liwet waras) yang ada di dalam wadah (kendil) jika semua rangkaian acara sudah selesai semua

Menurut mbah suhadi sebagai narasumber, adat istiadat mitoni di desa kenalan itu biasa dilakukan di laksanakan pada hari sabtu legi dan sabtu wage pada usia kandungan sudah 7 bulan, tapi kalau untuk orang yang keturunan dari keraton (darah biru/orang luhur) biasanya melakukan dan melakasanakan mitoni itu pada hari jumat kliwon dan selasa kliwon dan itu prosenya berat.

 

Kelahiran atau Brokohan

Berikutnya Mbah Suhadi bercerita mengenai Brokohan, menurut penuturan Mbah Suhadi, ketika seorang perempuan yang baru saja melahirkan seorang bayi dan menjadi seorang ibu niscaya mereka akan senang,terharu dan bahagia atas karunia ALLAH SWT yang telah di berikan kepada seorang ibu. Dari rasa senang,terharu dan bahagia tersebut maka seorang ibu akan mencurahkan rasa syukur kepada ALLAH SWT dengan wujud brokohan (tasyakuran)

Maksud dan tujuan dari brokohan adalah ungkapan wujud rasa syukur kepada ALLAH SWT yang telah memberikan keselamatan dan Kesehatan kepada seorang ibu dan anaknya yang baru dilahirkan kedunia.adapun waktu brokohan dilakukan pada saat setelah seorang ibu lahiran.

Dari maksud dan tujuan diatas,akan ada beberapa proses yang dilakukan. Diantaranya

1) Proses dan cara sesudah kelahiran

  • Ketika bayi yang baru lahir akan dilantunkan suara adzan pada telinga kanan dan di lantuntunkan sura iqomat pada telinga kiri dan meniupkan pada kedua telinga sang bayi.Maksud dan tujuanya adalah agar yang di dengar pertama oleh seorang bayi adalah kalimat ALLAH SWT dan biar menjadi anak yang taat beragama, soleh, solehah
  • Menyiapkan tempat (kendil) untuk ari ari (beng beng)
  • Wuwung (dilakukan oleh seorang ibu)
  • Mandi wiladah (mandi besar untuk menghilangkan nifas bagi seorang wanita)
  • Nifas (darah kotor setelah melahirkan) maksudnya adalah selama seorang ibu yang melahirkan selama 40-60 hari tidak boleh berhubungan suami istri

2) Proses dan cara brokohan

  • Membuat nasi slamet dan jenang sliringan (jenang abang putih) maksudnya adalah agar seorang ibu dan si bayi diberikan Kesehatan dan keselamatan selamanya dari ALLAH  SWT
  • Menaruh janur pada pintu rumah maksudnya adalah agar si bayi mendapat cahaya (nur)
  • Menaruh daun balaran pada pintu rumah maksudnya adalah agar tidak diganggu oleh hal apapun
  • Menaruh atau mengikatkan lawe (sejenis sumbu kompor), yang berfungsi untuk menolak hal yang dapat mengganggu

Mendem Aruman (Beng-Beng)

Mbah Suhadi juga bercerita bahwa adat istiadat dan kebudayaan mendem aruman (beng beng) masih dilakukan oleh banyak warga masyarakat di Desa Kenalan. Aruman (beng beng) adalah tempat duduk atau alas ketika bayi masih dalam kandungan dan tujuan dari mendem aruman adalah agar aruman (beng beng) bisa terawat dengan baik dan biar tidak bisa diganggu (dirusak) oleh suatu hal apapun.

Dari beberapa keterangan diatas akan ada cara dan proses mendem aruman (beng beng), diantaranya yaitu:

  1. Membuat lubang sedalam siku orang dewasa
  2. Sebelum memasukkan aruman (beng beng) kedalam lubang) terlebih dahulu menaruh beras dan sampah kedalam lubang maksudnya adalah biar menjadi anak yang baik,kuat dan bisa mencari rizki yang halal
  3. Jika bayi perempuan,buatlah lubang pada sisi kanan halaman rumah
  4. Jika bayi laki laki buatlah lubang pada sisi kiri halaman rumah
  5. Bacakan sholawat Nabi MUHAMMAD SAW ketika mau memasukkan aruman (beng beng) ke dalam lubang jika bayi laki laki
  6. Bacakan sholawat Fatimah ketika memasukkan aruman (beng beng) ke dalam lubang jika bayi perempuan
  7. Dikasih penerangan (LAMPU)

Puputan

Mbah Suhadi bercerita bahwa, ketika bayi yang masih dalam kandungan seorang perempuan, maka kebutuhan akan asupan makanan dan nutrisi bergantung pada seorang perempuan yang sedang hamil itu sendiri lewat jalur tali pusar si cabang bayi. Akan tetapi ketika bayi yang sudah lahir, asupan makanan dan nutrisinya akan berganti menjadi air susu ibu (ASI) dan tidak melewati jalur tali pusar lagi.

Puputan adalah tradisi yang dilakukan setelah tali pusar terlepas, yang mana tali pusar tersebut akan disimpan dengan baik dengan tujuan untuk manakala seorang bayi (anak) tidak enak badan atau demam akan coba diobati dengan cara yaitu menaruh tali pusar yang disimpan kedalam air selama beberapa saat dan dan hasil air dari rendaman tali pusar tersebut di usapkan ke seluruh badan si bayi (anak). Insyaallah bayi akan sembuh dari demamnya.

 

Wuwung

Menurut Mbah Suhadi setelah seorang ibu melahirkan seorang bayi, maka dia akan merasa sangat capek dan lelah. Untuk menghilangkan rasa capek itu dianjurkan pada pagi hari selama 1 bulan seorang ibu harus mandi dan melakukan wuwung. Wuwung adalah mandi setiap pagi bagi seorang ibu yang baru melahirkan dengan disertai dengan membasuh muka, membasuh mata dan membasuh hidung dengan air dan bahan rempah-rempah yang khusus digunakan untuk wuwung.

Bahan dan ubo rampe untuk wuwung adalah:

  • Cengkeh
  • Kemukus
  • Bengkle

Proses dan caranya adalah:

  • Membungkus dengan kain bahan bahan yang sudah disiapkan
  • Menaruh bahan yang sudah di bungkus kedalam air
  • Teteskan pada mata secara berulang kali
  • Mengusapkan pada wajah
  • Mengusapkan pada payudara

Manfaatnya dari wuwung adalah

  • Air asi bisa menjadi lancar
  • Mata menjadi bagus (tidak belekan) bagi ibu dan anak
  • Melancarkan sel darah putih

 

Ngendong

Menurut Mbah Suhadi, Ngendong adalah bersilaturahmi (menjenguk) kepada keluarga yang baru lahiran pada waktu malam hari selama 1 minggu dan mendoakan agar bayi agar diberikan Kesehatan, keselamatan serta umur panjang.

 

Selapanan

Kemudian Mbah Suhadi juga bercerita bahwa setelah tali pusar sudah kering atau puput,maka akan dilanjutkan dengan acara kerik/selapanan ketika usia si bayi sudah masuk usia 1 bulan lebih 5 hari. Maksud dan tujuan kerik atau selapanan adalah wujud rasa syukur pada ALLAH SWT bahwa si bayi sudah berumur 1 bulan dan disertai dengan bacaan bacaan shalawat Nabi MUHAMMAD SAW.

Selain lantunan sholawat Nabi MUHAMMAD SAW diadakan ritual lainnya, diantaranya yaitu:

  • Menggendong bayi dan berjalan memutar dengan arah berlawanan jarum jam ketika sholawat Nabi sedang dilantunkan, maksud dari ritual tersebut adalah agar si bayi mendapatkan keberkahan dan syafaat dari Nabi MUHAMMAD SAW.
  • Jika seorang bayi perempuan akan ditambahi dengan membawa payung, maksud dan tujuanya adalah agar si bayi tetap dalam lindungan ALLAH swt
  • Mencukur rambut si bayi dan menaruhnya pada wadah yang sudah berisi air dan di siramkan ke aruman si bayi
  • Mengusap si bayi dengan bedak yang telah di sediakan.

Supitan

Setiap manusia pasti melalui masa pertumbuhan dan masa pendewasaan. Masa pertumbuhan ditandai dengan bertambahnya ukuran fisik seseorang, dan masa pendewasaan ditandai dengan kematangan sisi psikologis seseorang.

Dalam tatanan suatu kelompok masyarakat tentunya memiliki cara masing-masing dalam menandai masa pertumbuhan dan masa pendewasaan tersebut. Tidak beda dengan masyarakat Desa Kenalan yang menggunakan supitan sebagai media penandaan pendewasaan bagi seorang anak laki-laki.

Pagi menjelang siang kira-kira waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 WIB. Saya team fasilitator Desa ,berkunjung kesalah satu rumah warga. Waktu itu narasumber saya pilih secara acak. Kriterianya yang penting punya anak laki-laki yang sudah di supit. Langkah kaki saya terhenti pada sebuah rumah warga yang memang tidak asing bagi saya, Lek Umi nama lengkap beliau Umi Mukromah. Seorang wanita paruh baya usianya sekitar 40 an tahun. Memiliki seorang anak perjaka yang sudah cukup dewasa. Rumah beliau berada di rt 006 rw 002, dusun kemloko III, Desa Kenalan.

Saya sampaikan tujuan kedatangan saya pada beliau. Responya sangat menyenangkan, beliau tersenyum sambil menghentikan aktifitasnya, untuk mengambilkan saya minum dan suguhan.

Supitan dalam bahasa syariat Islam adalah “khitan”. Yakni dibersihkan kulit ujung alat kelamin anak laki-laki. Dengan tujuan agar air seni yang keluar dapat dibersikan secara tuntas. Dan juga sebagai tanda awal pendewasaan bagi anak tersebut. Nah kemudian khitan ini dalam bahasa masyarakat Desa Kenalan di sebut dengan Supitan.

Harapan saat anak sudah disupit, pertumbuhan anak menjadi lebih sehat sebab proses kencing menjadi lebih lancar. Selain dari pada itu juga terselip harapan bahwa dengan supitan ini anak akan menjadi seseorang yang lebih dewasa, baik dewasa secara fisiologis dan yang paling utama dapat menjadi dewasa secara psikologis.

Proses supitan dilakukan dengan cara medis, yakni dengan bantuan dokter spesialis supitan. Meskipun dari informasi narasumber, perkembangan alat yang digunakan dulu alatnya terkadang menggunakan welat. Welat adalah alat yang terbuat dari batang bambu yang sudah di bersihkan dan juga di buat sangat tajam sehingga mampu digunakan sebagai alat pemotong. Tentunya alat tersebut pada zaman sekarang sudah tidak digunakan mengingat pesatnya kemajuan alat kedokteran.

Supitan di Desa Kenalan, rata-rata menunggu kemauan sang anak untuk disupit. Adanya mitos-mitos yang beredar di masyarakat juga terkadang membuat anak takut untuk disupit. Usia anak supitan biasanya kisaran usia 10-13 tahunan. Sedangkan waktu pelaksanaanya para orang tua  sering memanfaatkan momentum libur sekolah agar ketika anak baru di supit, tidak banyak membolos sekolah dengan alasan baru supitan dan belum sembuh.

Dalam rangkaian supitan juga terdapat budaya “slametan” namanya juga orang jawa, setiap memasuki sebuah fase baru, tentunya mengharapkan yang terbaik, mengharapkan keselamatan dalam setiap momentum atau setiap langkah yang di ambilnya. Slametan ini di posisinya di awal atau sebelum prosesi supit tadi (dalam momentum lain juga sama dilakukan sebelum prosesi). memohon agar proses supit (ada yang menyebut dengan pagas) berjalan dengan lancar dan ketika sudah di supit, proses penyembuhan dapat segera pulih.

Slametan yang disiapkan di pagi hari sebelum pelaksanaan supitan adalah “liwet waras dan jenang abang-putih”. Liwet waras terdiri dari nasi, klubabanan, serta telur ayam kampung yang direbus. Semua itu disajikan dalam satu wadah, dan biasanya di bawah alas wadah tersebut di selipkan uang koin. Dan jangan lupa jenang abang putihnya. Setelah siap kemudian slametan ini didoakan oleh orang tua, para tetangga, atau bisa juga oleh sanak saudara. Didoakan, kemudian di makan bersama-sama, dan setelah selesai baru pergi mengantar si anak ke dokter/klinik.

Jika ada slametan di awal prosesi, maka di akhir prosesi juga ada yang namanya syukuran. Dari namanya mungkin kita juga sudah menduga apa maksud dan tujuan dari adanya syukuran. Maksudnya adalah mengungkapkan rasa syukur atas keberlangsungan proses supitan dengan lancar. Masyarakat desa kenalan, dalam mengungkapkan rasa syukurnya ini menggunakan tradisi berjanjenan. Dilaksanakan pada malam hari, serta memberikan berkat kepada sanak saudara dan tetangga yang hadir pada malam berjanjenan tersebut. Terkadang sebagian masyarakat juga melangsungkan prosesi Aqiqah pada malam syukuranya.

Dari sisi sang anak yang disupit, biasanya sangat menanti-nanti momentum berjanjenan ini, sebab pada malam berjanjenan ini sanak saudara dan para tetangga yang datang akan memberikan sejumlah uang kepada sang anak. Hal ini ditujukan sebagai ucapan selamat atau ungkapan rasa bangga atas keberanian sang anak untuk disupit. Tentunya anak yang disupit ini menjadi senang, sebab kemarin sudah merasakan sakitnya di supit karena dikasih uang rasa sakitnya menjadi teralihkan menjadi rasa senang.

Cerita kepercayaan seputaran dunia supit:

  • Tidak boleh berjalan melangkahi kotoran ayam, cerita ini masih sangat ampuh samapi zaman sekarang. Bahwasanya anak yang setelh supit tidak boleh berjalan melangkahi kotoran ayam ini bermaksud agar hasil supitan tersebut tidak gendelen, gendelen itu kondisi alat kelamin yang baru disupit tidak kunjung sembuh sakitnya. Yang seharusnya 5 hari sudah sembuh menjadi lebih lama bisa seminggu atau pun lebih.
  • Tidak boleh memakan yang amis-amis. Menurut kepercayaan narasumber, anak yang mengkonsumsi makanan amis setelah supitan (maksudnya sebelum hasil supitanya sembuh) bisa menyebabkan hasil supitan tersebut mengeluarkan nanah dalam bahasa Kenalan di sebut Nyenyeh. “Karena yang demikian juga membuat si anak akan lebih lama proses pemulihan nya, mesake” tutur narasumber Lek Umi.
  • Tidak memakan makanan yang bergetah dan kubis, sebab dua jenis makanan ini menurut narasumber dapat menyebabkan rasa gatal pada alat kelamin yang baru disupit.

 

 

Gambar

Narasumber

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...