(Oleh Zurdhan Ageng Pamuji dan Khoirul Fai)

Narasi

Bercerita tentang kehidupan manusia di Desa Sambeng khususnya di Dusun Kedungan 1. Di dusun kami, warga masih erat memegang budaya-budaya spiritual tentang kehidupan manusia dari bayi yang masih di dalam kandungan sampai meninggalnya orang. Acara-acara seperti itu masih sering  diadakan di desa kami.

Urut-urutan kehidupan manusia di Desa Sambeng yang diadakan ritual meliputi:

  1. Bayi dalam kandungan (hamil)
  2. Balita/anak anak
  3. Remaja
  4. Dewasa
  5. Pernikahan
  6. Tua
  7. Meninggal (Praloyo)

Masa masa di atas ialah runtutan kehidupan manusia. Pada tiap tahapnya manusia selaku pemain drama kehidupan ini mempunyai cara masing-masing dalam melakoni alur cerita kehidupannya.

Kami menghubungi tokoh masyarakat di Sambengan terkait daur hidup manusia. Pertama adalah Pak Ponimin (47) warga Kedungan 1 yang menjelaskan tentang bayi dalam kandungan dan balita. Kemudian Pak Rohmat (42) perangkat desa yang menjelaskan tentang remaja, menikah dan berkeluarga. Serta, Pak Rowiyanto (35), Kepala Desa Sambeng, yang menjelaskan tentang tua, cukup umur dan meninggal.

 

SAAT KEHAMILAN (BAYI DALAM RAHIM)

Pak Ponimin menjelaskan kehidupan manusia saat ada di dalam kandungan ibunya. Adapun kaitannya dengan kelahiran bayi dan juga rentetan perlakuan bayi selama masih di kandungan berikut penjelasannya.

 Ngapati (bayi 4 bulan dalam kandungan), mitoni (usia bayi 7 bulan dalam kandungan), lahiran/mijil, brokohi (barokahan). Makisi/puput puser, aqiqah, tedak siti (dengan cara adat kami balita diturunkan ke tanah), nyelapani (usia bayi 35 hari)

Langsung saja penjelasan urutan pertama perjalanan bayi dari kandungan dimulai dari peniupan ruh janin oleh sang maha kuasa tepat diusia 4 bulan janin atau yang sering kami sebut dengan istilah ngapati.

Ngapati

Di Desa Sambeng, tradisi ini diartikan wujud syukur dan rasa penuh dengan pengharapan terbaik untuk Si Jabang Bayi, karena di usia 4 bulan kandungan, ditiupkannya ruh oleh malaikat atas izin Sang Maha Kuasa. Biasanya dalam adat Desa Sambeng, akan ada pengajian surat-surat Al-Quran dan tumpengan yang dipimpin oleh modin/kaum/ulama dusun.

Mitoni/tingkepan

Salah satu tradisi daur kehidupaan yang dilakukan ritual adalah selamatan kehamilan di usia kandungan 7 bulan. Tujuannya mendoakan ibu dan juga bayi yang dikandung agar, terlahir dengan lancar normal dan dijauhkan dari segala kekurangan juga berbagai marabahaya. Di adat Desa Sambeng biasanya ngaji 7 surat yang ada di dalam Al-Quran (Al Maryam, Surat Yusuf, Surat Lukman, Sajadah, Waqiah, Ar Rahman, Al Muhammad serta bisa ditambah surat yang lain tergantung kaum/ulama yang memimpin).

Bersamaan dengan prosesi tersebut juga ada tumpengan 7 bulan, syarat tumpeng seperti pada umumnya, ditambahkan jenang merah, jenang putih, jenang bening, jenang putih ditimpa jenang merah, jenang putih disilang jenang merah, jenang putih separuh piring dan juga jenang merah separuh piring dijadikan di satu piring, dan baru-baru atau jenang putih ditaburi parutan kelapa.

Ingkung rosulan yaitu ingkung ditambah ikan asin, sambel goreng, kentang goreng, urapan 7 macam sayuran, telur jawa rebus 7 butir. Aneka jajan pasar, kembang setaman, Air sumber ditaruh di dalam kendi, semuanya didoakan.  Kemudian air kendi dan bunga kembang dibuat mandi sang ibu hamil. Para saksi selamatan itu pulang dan tidak boleh izin pamit dan yang pertama kali pulang menyeret tikar anyaman dan membanting kuali yang berisi sesaji.

Lahirnya si jabang bayi

Mijil/lahiran/brokohan, brokohan berasal dari kata barokah atau wujud syukur orang tua atas kelahiran jabang  bayi, tradisi brokohan sebagai pengingat juga rasa syukur dari semua kebaikan yang diterima/diberikan oleh Sang Maha Suci.

Bersamaan dengan brokohan dalam adat kami juga ada prosesi memendam ari-ari yang sudah dipotong dari pusar jabang bayi dan kemudian ari-ari dimasukkan ke dalam kendi dan dipendam di dekat rumah. Biasanya jika anak laki-laki di sebelah kanan rumah, kalau perempuan di sebelah kiri rumah, dipagari dengan anyaman bambu dan diberi penerangan karena ari-ari sebagai pengirim oksigen/teman Si Jabang Bayi yang harus kita rawat dan kita jaga dengan baik,. ditambah juga genduren/sodaqohan semapu keluarga

Makisi/puput puser

Makisi dilakukan setelah tali pusar sudah kering dan putus. Biasa dibarengi selamatan atau among-among pemberian nama si jabang bayi dan mengadakan upacara selawat nabi sembari pencukuran rambut bayi (rambut bajang). Bagi yang mampu dilanjut dengan akikah atau aqiqoh yaitu mengadakan kenduri/shodakohan. Jika bayinya perempuan akikah dengan 1 kambing dan bayi laki-laki akikah dengan 2 kambing. Apabila keluarga belum mampu, untuk akikah biasanya orang tua bayi mempersiapkan dulu memelihara cempe (anak kambing) sampai usia dewasa (weduse wes poel) siap untuk akikah.

Pada dasarnya akikah boleh dilakukan kapan saja asalkan yang akan diakikahi masih hidup akan tetapi lebih cepat lebih baik untuk menghindari lupa.

Akikah sendiri adalah ungkapan rasa syukur atas karunia Tuhan dan mewujudkan tebusan dari orang tua baga anak mereka, guna mendapatkan syafaat kepada kedua orang tuanya nanti saat mereka sudah meninggal. Akikah juga dapat dijadikan simbol perlindungan pada seorang anak dari setan yang mengganggu saat ia lahir.

Selapan

Usia bayi umur 35 hari biasanya diadakan genduren/among-among, jenang abang putih selamatan, atas rasa syukur dari orang tua dan juga bayi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Biasanya dilakukan setiap hari lahir si jabang bayi sampai tua. Sering disebut ulang tahun kelahiran/ selamatan hari lahir, tapi saat ini sering dilakukan tahunan.

BALITA ATAU ANAK-ANAK

Balita sampai anak-anak sering dilihat dari usia si bocah. Di sini awal orang tua sangat berperan penting dalam pendidik, menanamkan dan mengarahkan juga memberi kasih sayang pada seorang anak untuk menjadi anak yang patuh berbudi luhur pandai dan berkarakter.

REMAJA

Usia remaja bagi laki-laki tidak lupa dengan menjalankan sunah rosul yaitu khitanan/Supitan biasanya dilakukan di umur 12 tahun. Cara khitanan bagi orang mampu biasanya mengumpulkan keluarga besar dan membuat acara berhari-hari dan mengundang hiburan. Bagi yang tidak mampu mengadakan seslametan genduri dilakukan sebelum berangkat khitanan.

Remaja adalah di usia 12-23  pada tahap ini adalah masa masa penggemblengan/wajib untuk menuntut ilmu baik ilmu dunia maupun ilmu keagamaan yang mana diwajibkan untuk bersekolah dan juga mengaji, (mencari jati diri atau ngudi ngelmu) masa mengenal percintaan dan masa pubertas.

MENIKAH

Menikah adalah dilakukan bagi manusia yang sudah mampu lahir batinnya, jiwa raga dan pemikiran yang dewasa. Karena menikah itu tidak hanya sebatas aku dan kamu tetapi juga berhubungan dengan orang tua, (kedua belah pihak) sekitar, ekonomi, emosi, semua harus bisa mengendalikannya dan saling memahami, saling menghormati, saling mengimbangi. Karena tujuan pernikahan itu dilakukan hanya sekali dan seumur hidup dan satu hal sakral wajib untuk menuju bahagia di surgaNya.

Silaturahmi dan Lamaran (Tukar cincin)

Silaturahmi dilakukan setelah kedua belah pihak saling yakin dan mantap untuk membangun rumah tangga (bale wismo) silaturahmi dilakukan oleh mempelai pria dan keluarga berniat untuk ke rumah mempelai wanita sering di sebut Nembung/matengke rembuk  sebelum diadakan lamaran/ tukar cincin kedua keluarga saling berbicara dan menentukan hari lamaran dan menghitung weton kedua belah pihak.

 Acara lamaran atau seserahan

Setelah pihak keluarga mempelai wanita merestui dan setelah didapat penghitungan hari untuk tahap seserahan maka kemudian dilaksanakan acara seserahan. Adapun syarat yang harus dipenuhi mempelai pria untuk melamar mempelai wanita adalah sebagai berikut, mahar berbentuk barang dan uang, menyertakan tokoh masyarakat (RT, RW, Kadus, Kaum/modin sebagai yang mewakili tembung rembug/pembicaraan). Setelah prosesi lamaran paripurna maka biasa di keesokan harinya diadakan selamatan/gendurenan dan juga berziarah dengan tujuan meminta izin ke leluhur untuk kelancaran prosesi pernikahan,dan dilanjut untuk penghitungan hari /weton untuk melangsungkan ke jenjang pernikahan.

Bayar tukon, penisit, (mahar ijab qobul) dilakukan dengan sang penghulu.  Ketika saksi sudah berkata sah maka kala detik itu semuanya yang berhubungan dengan mempelai wanita menjadi tanggung jawab mempelai pria

Proses pernikahan

Ritual dan prosesi pernikahan adat Jawa memang dibilang panjang, prosesi memiliki arti dan makna yang mendalam. Dengan menjalani prosesi hajatan ini, diharapkan keluarga besar dan pengantin dijauhkan dari berbagai rintangan dan seluruh acara berjalan dengan lancar. Adapun prosesi pernikahan sebagai berikut:

 Pasang tratag dan tarub

Dalam pernikahan adat jawa di Desa Sambeng yang pertama dilakukan ialah memasang tratag (hiasan dari janur/daun kelapa muda), hiasan ini dipasang pada pintu masuk dan biasa menjadi simbol bahwa keluarga sedang mengadakan hajatan ngunduh mantu.janur kuning dipasang melengkung seakan melambangkan permohonan meminta kepada yang maha kuasa agar dilimpahkan keberkahan dan kemakmuran pada kedua mempelai.

 Kembar Mayang

Seperti namanya, kembar mayang adalah sepasang hiasan dekoratif yang dibentuk dari rangkaian akar, batang, daun, bunga, dan buah setinggi setengah sampai satu badan orang dewasa. Kembar mayang akan dilibatkan dari sub-upacara midodareni sampai upacara panggih. Kembar mayang dipercaya dapat memberikan motivasi dan kebijaksanaan kepada kedua pasangan untuk menjalani lembaran baru rumah tangganya.

 Pasang Tuwuhan

Makna dari pasang tuwuhan adalah harapan terhadap kedua pasangan suami istri agar dikaruniai momongan. Salah satu bagian penting dalam tuwuhan adalah pohon pisang raja yang buahnya sudah matang. Selain pisang, ada juga tebu wulung, cengkir gading, daun randu, dan dedaunan lain. Dedaunan sebagai simbol rintangan dalam hidup, yang diharapkan mampu dilewati bersama.

 Siraman

Satu sampai dua hari sebelum akad nikah, keluarga akan melakukan siraman kepada sang pengantin. Akan ada tujuh orang yang melakukan siraman, jumlah ini pun berdasarkan sebutan tujuh pada bahasa Jawa yaitu “pitu” atau disyaratkan sebagai pitulungan (pertolongan) kepada calon pengantin. Ritual siraman ini menyimbolkan pembersihan diri sebelum masuk ke ritual yang lebih sakral. Nantinya, sang ayah dari mempelai wanita yang akan melakukan siraman terakhir. Kemudian dilanjutkan dengan menggendong anak perempuannya menuju kamar pengantin.

 Potong Tumpeng

Di Desa Sambeng tumpeng identik dengan simbol kemakmuran dan kesejahteraan karena bentuknya yang menyerupai gunung. Prosesi potong tumpeng pada pernikahan adat Jawa di Desa Sambeng ini akan dilakukan oleh kedua orang tua dengan mengambil puncak tumpeng beserta lauk pauknya.

 Dulangan Pungkasan

Dulangan pungkasan berarti suapan terakhir, ritual pernikahan adat Jawa yang satu ini melambangkan tanggung jawab terakhir orang tua terhadap anaknya. Momen ini cukup mengharukan karena sekaligus melepas anak untuk membangun keluarganya sendiri.

 Tanam Rambut dan Lepas Ayam

Ritual pernikahan adat di Desa Sambeng selanjutnya adalah memotong sedikit rambut kedua mempelai lalu menanamnya di sekitar pekarangan rumah mempelai. Ritual adat Jawa ini bertujuan agar kedua mempelai dijauhkan dari segala hal buruk dalam rumah tangga. Lalu dilanjutkan dengan pelepasan ayam sebagai bentuk keikhlasan orang tua melepas anaknya hidup mandiri. Seperti seekor ayam yang bisa mencari makan sendiri,ayam biasa dilepas di jembatan jalan raya.

 Midodareni

Prosesi hajatan pernikahan di Desa Sambeng sebelum hari pernikahan akan diakhiri dengan midodareni. Kata midodareni sendiri berasal dari kata ‘widodari’ yang dalam bahasa Jawa berarti bidadari. Yang diharapkan dari ritual ini adalah sang pengantin wanita akan secantik bidadari dari surga saat hari pernikahannya esok hari.

Malam midodareni dilangsungkan pada malam sebelum acara pernikahan keesokan harinya. Mempelai wanita hanya akan ditemani keluarganya saja dan mendapat wejangan seputar pernikahan. Pada malam ini pula, dengan mengenakan busana Jawa lengkap keluarga calon mempelai pria mengunjungi rumah calon mempelai perempuan untuk memberi seserahan berupa kebutuhan seperti busana, alas kaki, kosmetik, buah-buahan, makanan.

 

Susunan Acara Puncak Pernikahan Adat Jawa

Susunan acara pernikahan adat Jawa akan dilanjutkan dengan acara puncak pernikahan, yaitu upacara dan resepsi pernikahan. Tentunya masih ada ritual-ritual yang bertujuan untuk kebahagiaan dan keberlangsungan rumah tangga sang anak.

 

Upacara Pernikahan

Pada momen ini, waktunya kedua pengantin berhadapan dengan penghulu, orang tua, wali, dan tamu undangan dan mengucapkan sumpah serta janji pernikahan. Kedua pengantin akan mengenakan pakaian tradisional khas adat Jawa berwarna putih sebagai lambang kesucian.

 

Upacara Panggih

Upacara Panggih disebut juga upacara dhaup atau temu, prosesi inilah puncak acara pernikahan di Desa Sambeng. Setelah kedua pengantin resmi menikah secara agama, orang tua dari kedua belah pihak bertemu secara adat Jawa. Jadi, prosesi ini hanya akan dilaksanakan setelah pernikahan sah secara agama, bukan sebaliknya.

Berikut ini urut-urutan acara dalam upacara panggih:

  • Balangan godong sirih

Di prosesi pernikahan adat Jawa ini, kedua pasangan akan saling melempar daun sirih yang diikat benang putih. Mempelai pria melemparkan daun sirih ke arah dada mempelai wanita sebagai tanda bahwa ia telah menaklukan hati sang pasangan. Lalu mempelai wanita melemparkan gantal ke arah lutut mempelai pria sebagai tanda bahwa ia akan berbakti kepada sang suami.

  • Ngidak Endhog atau Injak Telur

Kemudian lanjut ke prosesi injak telur atau yang disebut ngidak endhog. Ngidak endhog merupakan prosesi di mana sang suami menginjak telur mentah, lalu sang istri membersihkan kaki suaminya dalam posisi berlutut. Ini mengartikan kesopanan istri kepada suami. Setelah itu, sang suami akan membantu sang istri bangkit berdiri yang memiliki makna penghargaan terhadap istri.

  • Sinduran

Setelah menginjak telur, prosesi pernikahan adat Jawa berlanjut ke mengenakan kain sindur kepada kedua pengantin yang berjalan menuju pelaminan sambil berpegangan tangan. Kain sindur biasanya berwarna putih dan terdapat renda merah di dalamnya. Kedua warna ini melambangkan keberanian serta gairah dalam menjalani rumah tangga.

  • Bobot Timbang

Sesampainya di kursi pelaminan, kedua mempelai diarahkan untuk duduk di atas pangkuan ayah dari mempelai wanita. Lalu sang ibu naik ke atas panggung untuk bertanya siapa yang lebih berat di antara kedua pasangan. Kemudian, sang ayah akan menjawab keduanya sama saja. Percakapan ini menandakan bila tidak ada perbedaan kasih sayang kepada kedua mempelai.

  • Minum Air Degan

Air degan atau air kelapa muda dilambangkan sebagai air suci dan air kehidupan. Air degan yang diminum bersumber dari satu gelas saja untuk seluruh keluarga. Sang ayah dari mempelai wanita akan menjadi yang pertama meminum air degan, lalu diteruskan ke sang ibu hingga kepada kedua mempelai.

  • Kacar Kucur

Prosesi pernikahan adat Jawa selanjutnya adalah kacar kucur, dimana mempelai pria mengucurkan uang receh serta biji-bijian kepada mempelai wanita sebagai lambang bahwa sang pria akan bertanggung jawab menafkahi keluarganya, serta menjadi tanggung jawab istri untuk mengelolanya.

  • Dulangan

Setelah kacar kucur, kedua pengantin akan saling menyuapi sebanyak tiga kali. Prosesi ini menaruh harapan bahwa kedua pasangan bisa saling rukun, pengertian, dan tolong-menolong dalam menjalani kehidupan pernikahan.

  • Tumplek Punjen

Kebalikan dengan babak kawah, keluarga akan mengadakan prosesi tumplek punjen saat seluruh anaknya sudah menikah sehingga tidak akan bermenantu lagi. Tumplek punjen berarti melepas darma orang tua pada anak.

  • Sungkeman

Acara sungkeman lah yang akan mengakhiri prosesi pernikahan adat Jawa. Kedua mempelai berlutut di hadapan orang tua dari kedua belah pihak sebagai bentuk penghormatan atas jasa orang tua yang telah membesarkan mereka sampai bisa menikah menjalani lembaran baru kehidupan.

  • Kirab Pengantin

Terakhir, kirab merupakan istilah yang digunakan saat pengantin meninggalkan panggung pelaminan untuk berganti pakaian.

 

Sepasaran

Salah satu contoh tradisi warga Desa Sambeng yaitu sepasaran,sepasaran diambil dari kata pasaran,yang mana dalam penanggalan menurut adat Jawa ada 5 pasaran yaitu pasaran  Pon,Wage,Kliwon Legi, Pahing.

Separan merupakan suatu tradisi selamatan yang dilakukan masyarakat Jawa 5 hari paska-pelangsungan pernikahan. Tradisi tersebut dilakukan dengan cara memberi berkat (makanan berbentuk nasi dan isinya yang ditaruh di besek atau tempat makanan lainnya) kepada sanak saudara atau tetangga dekat dari kedua mempelai, dengan harapan si pengantin mendapatkan keselamatan serta terhindar dari musibah. Dalam berkat tersebut berisi ayam goreng, sayur, bihun, capcay, yang dibungkus plastik dan ditaruh di atas nasi, dan ada tambahan nasi uduk dan suwiran ayam ingkung.

35 hari (selapanan)

Setelah mengadakan kegiatan sepasaran, masih ada lagi kewajiban orang tua yang harus dilakukan yaitu kegiatan selapanan pengantin. Acara ini dilakukan 35 hari sesudah pesta perkawinan. Maksud dan tujuan menyelenggarakan selapanan pengantin yaitu untuk melepas pengantin pindah rumah, karena ingin pisah dari orang tuanya. Selapanan pengantin biasa dibarengi dengan acara kenduri atau gendurenan.

 

BERKELUARGA

Berkeluarga adalah kehidupan yang kasunyatan atau sering disebut hidup yang nyata karena sudah mulai berpikir tentang keluarga barunya.  Mulai bertanggung jawab, tidak lagi menggantungkan kepada orang tua melainkan sudah bisa menafkahi keluarga barunya. Juga ke dua orang tua. Berkeluarga sudah harus bisa mengontrol hawa nafsu dan juga mengontrol keuangan. Dalam berkeluarga sudah harus berpaku dengan karakter yang dewasa, jujur, saling percaya, tidak saling menyalahkan.

 

TUA

Golek pangupojiwo sanguine urip sangune mati, ngalap berkahe Gusti, di usia tua orang biasanya hanya fokus kepada tuhannya masing-masing. Mereka tidak lagi mengharapkan kejayaan duniawi, mereka hanya fokus untuk tetap terus beribadah untuk bekal kehidupan selanjutnya dan berharap juga memohon kepada yang maha kuasa agar dosa-dosa masa lampau mereka bisa terampuni oleh sang maha pencipta. Dengan kata lain, ora mikir bondo donyo nanging mikir suwargo,

MENINGGAL

Gedongono kuncenono wong mati mongso wurungo, merupakan penggalan lagu Kanjeng Sunan Kalijaga yang mengingatkan saya akan peristiwa kematian. Sejatinya bahwa hidup, jodoh, rezeki, mati semua atas kuasa-Nya. Kematian adalah sebuah kenyataan yang harus dihadapi dan dialami oleh semua makhluk hidup di alam semesta tanpa terkecuali. Ketika seseorang menemui ajalnya maka para warga akan melakukan beberapa rangkaian acara dari si mayit akan dikuburkan hingga acara peringatan setelah penguburannya berikut:

Upacara kematian

Memandikan Jenazah

Tata cara mengurus jenazah yang pertama adalah memandikan jenazah. Hal ini sebagai tindakan untuk memuliakan dan membersihkan tubuh orang yang sudah meninggal:

  • Meletakkan jenazah dengan kepala agak tinggi di tempat yang disediakan.
  • Setelah itu, ambil kain penutup dari jenazah dan ganti dengan kain basahan agar auratnya tidak terlihat. Bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari tangan, dan kaki serta rambutnya.
  • Langkah berikutnya, bersihkan kotoran jenazah baik yang keluar dari depan maupun dari belakang terlebih dahulu. Caranya, tekan perutnya perlahan-lahan agar apa yang ada di dalamnya keluar. Kemudian siram atau basuh seluruh anggota tubuh jenazah dengan air sabun.
  • Setelah itu, siram dengan air yang bersih sambil berniat sesuai jenis kelamin jenazah.
  • Niat memandikan jenazah laki-laki:

Nawaitul ghusla adaa ‘an hadzal mayyiti lillahi ta’aalaa. Artinya: “Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah (pria) ini karena Allah Ta’ala.”

 

Niat memandikan jenazah perempuan:

Nawaitul ghusla adaa ‘an hadzihil mayyitati lillahi ta’aalaa. Artinya: “Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah (wanita) ini karena Allah Ta’ala.”

  • Setelah membaca niat, miringkan jenazah ke kanan, basuh bagian lambung kirinya sebelah belakang. Setalah itu, siram dengan air bersih dari kepala hingga ujung kaki dan siram lagi dengan air kapur barus.
  • Jenazah kemudian diwudhukan seperti orang yang berwudhu sebelum sholat. Perlakukan jenazah dengan lembut saat membalik dan menggosok anggota tubuhnya.
  • Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya, wajib dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan, tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis tersebut.
  • Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepas dan dibiarkan terurai ke belakang. Setelah disiram dan dibersihkan, lalu dikeringkan dengan handuk dan dikepang. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan handuk sehingga tidak membasahi kain kafannya.
  • Selesai memandikan jenazah, berilah wangi-wangian yang tidak mengandung alkohol sebelum dikafani. Biasanya menggunakan air kapur barus.

Mengkafani jenazah

Cara Mengafani Jenazah Perempuan.

  • Langkah pertama, bentangkan dua lembar kain kafan yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah. Letakkan kain sarung tepat pada badan antara pusar dan kedua lututnya. Setelah itu, persiapkan baju gamis dan kerudung di tempatnya.
  • Selanjutnya, sediakan 3 sampai 5 utas tali dan letakkan di paling bawah kain kafan. Sediakan juga kapas yang sudah diberikan wangi-wangian, yang nantinya diletakkan pada anggota badan tertentu. Jika kain kafan sudah siap, angkat dan baringkan jenazah di atas kain kafan.
  • Letakkan kapas yang sudah diberi wangi-wangian tadi ke tempat anggota tubuh seperti halnya pada jenazah laki-laki. Kemudian, selimutkan kain sarung pada badan jenazah, antara pusar dan kedua lutut. Pasangkan baju gamis berikut kain kerudung. Untuk yang rambutnya panjang bisa dikepang menjadi 2/3, dan diletakkan di atas baju gamis di bagian dada.
  • Terakhir, selimutkan kedua kain kafan selembar demi selembar mulai dari yang lapisan atas sampai paling bawah. Setelah itu ikat dengan beberapa utas tali yang tadi telah disediakan.

Cara Mengafani Jenazah Laki-laki

  • Pertama, siapkan tali-tali pengikat kafan secukupnya. Kemudian, letakkan secara vertikal tepat di bawah kain kafan yang akan menjadi lapis pertama. Bentangkan kain kafan lapis pertama yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah.
  • Langkah berikutnya, beri wewangian pada kain kafan lapis pertama. Setelah itu, bentangkan kain kafan lapis kedua yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah.Beri wewangian pada kain kafan lapis kedua.
  • Setelah itu, bentangkan kain kafan lapis ketiga yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah. Beri wewangian pada kain kafan lapis ketiga dan letakkan jenazah di tengah-tengah kain kafan lapis ketiga.
  • Tutup dengan kain lapis ketiga dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan ke kiri. Kemudian tutup dengan kain lapis kedua dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan ke kiri.
  • Selanjutnya,tutup dengan kain lapis pertama dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan ke kiri dan Ikat dengan tali pengikat yang telah disediakan.
  • Setelah selesai memandikan dan mengafani jenazah, tata cara mengurus jenazah berikutnya menyolatkan jenazah. Adapun tata cara mensalatkan jenazah adalah seperti berikut:
    • Berniat (di dalam hati).
    • Berdiri bagi yang mampu.
    • Melakukan empat kali takbir (tidak ada ruku’ dan sujud).
    • Setelah takbir pertama, membaca Al Fatihah.
    • Setelah takbir kedua, membaca shalawat “allahumma sholli ‘ala Muhammad
    • Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk jenazah sebagai berikut: Allahummaghfirla-hu warham-hu wa ‘aafi-hi wa’fu ‘an-hu wa akrim nuzula-hu, wa wassi’ madkhola-hu, waghsil-hu bil maa-i wats tsalji wal barod wa naqqi-hi minal khothoyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danaas, wa abdil-hu daaron khoirom min daari-hi, wa ahlan khoirom min ahli-hi, wa zawjan khoirom min zawji-hi, wa ad-khilkul jannata, wa a’idz-hu min ‘adzabil qobri wa ‘adzabin naar. Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es.
    • Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim no. 963)
    • Takbir keempat membaca doa sebagai berikut: Allahumma laa tahrimnaa ajro-hu wa laa taftinnaa ba’da-hu waghfir lanaa wa la-hu. Artinya: “Ya Allah, jangan menghalangi kami untuk tidak memperoleh pahalanya dan jangan sesatkan kami sepeninggalnya, ampunilah kami dan ampunilah dia”. Untuk jenazah perempuan, kata –hu diganti –haa.
    • Salam. Setelah jenazah disholatkan kemudian dilanjut serangkaian acara sebelum dikuburkan diliang lahat sebagai berikut

Brobosan

Adat istiadat suku Jawa saat kematian, yang pertama yaitu brobosan. Brobosan adalah ritual yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sambeng ketika ada kerabatnya yang meninggal. Brobosan sendiri dilakukan dengan cara berjalan di bawah keranda mayat yang sedang diangkat tinggi-tinggi. Kegiatan brobosan ini dilakukan sebelum jenazah diberangkatkan ke makam.

 

Biasanya orang yang melakukan brobosan adalah anak, cucu, atau kerabat dekat dari orang yang meninggal. Ritual tersebut berdasarkan pepatah yang mengatakan “mikulduwur, mendhem jero “ atau menjunjung tinggi dan juga mengenang jasa-jasa orang yang telah tiada tersebut.

 

Tujuan dari tradisi brobosan ini ada 2. Pertama yaitu menghormati orang yang telah meninggal, dan yang kedua yaitu mendapatkan tuah atau keberuntungan dari jenazahnya. Tata cara melakukan brobosan yaitu biasanya dilakukan di depan rumah. Orang-orang yang bertugas membawa keranda akan mengangkat tinggi-tinggi keranda tersebut kemudian dia dipanjatkan doa oleh Bapak Abdul Aziz selaku kaum/modin Desa Sambeng.

 

Setelah selesai berdoa, ritual tersebut dipimpin oleh anggota keluarga yang paling tua. Mereka melewati keranda dengan cara berjalan bergantian. Masing-masing diulangi sampai 3 kali. Berawal dari sebelah kanan, kemudian sebelah kiri lalu ke depanhingga kembali lagi ke sebelah kanan, proses tersebut dilakukan hingga 3 kali. Kemudian diberangkatkan ke menuju kuburan dengan sang pengiring jenzah menebar beras kuning dicampur dengan uang koin dan juga bunga,melambangkan shodaqoh terakhir sang jenazah kepada sesama.

 

Memasukkan Jenazah ke Lubang Kubur

Bagi jenazah perempuan, dikhususkan untuk membentangkan kain di atas lubang kubur. Ketika memasukkan jenazah ke dalam lubang, yang melakukan sebaiknya dua atau tiga orang laki-laki yang paling dekat dengan keluarga jenazah semasa hidupnya. Selain itu orang-orang yang memasukkan jenazah, diusahakan oleh mereka yang ketika malam harinya tidak junub. Cara meletakkan jenazah dengan mendahulukan kepala, kemudian meluruskan kakinya.

 

Posisi Jenazah

Posisi jenazah di dalam lubang kubur, wajib dimiringkan ke sebelah kanan atau menghadap arah kiblat. Jika jenazah tidak dihadapkan ke arah kiblat namun terlanjur diurug tanah, maka harus menggali lagi dan menghadapkan jenazah ke arah kiblat. Setelah jenazah diletakkan secara perlahan di dasar lubang, disunahkan untuk melepas ikatan talinya, dimulai dari kepala dan membuka kain, pipi serta jari-jari kaki harus menempel pada tanah.

 

Menguburkan Jenazah

  • Memperdalam lubang kubur, supaya tidak tercium bau jenazah dan tidak dimakan oleh binatang pemakan bangkai.
  • Meletakkan jenazah di tepi lubang atau liang kubur sebelah kiblat, lalu ditaruh papan kayu atau semacamnya dengan posisi agak miring, supaya jenazah tidak langsung tertimpa tanah.
  • Kemudian di atasnya ditaruh semacam bata posisi mendatar untuk menahan tanah timbunan, sehingga tidak mengenai jenazah langsung. Khusus kondisi tanah gembur seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
  • Meletakkan jenazah dengan memasukkan kepala jenazah dari arah kaki kubur, atau dari posisi selatan jika di Indonesia.
  • Letakkan jenazah posisi miring ke kanan menghadap kiblat dengan menopang tubuh menggunakan batu atau papan kayu, supaya jenazah tidak kembali terlentang.
  • Para ulama menyarankan untuk meletakkan tanah di bawah pipi jenazah sebelah kanan setelah kain kafan dan semua tali dibuka, pipi menempel langsung ke tanah.
  • Ketika memasukkan jenazah ke liang kubur dan meletakkannya dianjurkan membaca doa berikut : “BISMILLAHI WA’ALAA MILLATI ROSUULILLAAH”

Upacara Setelah Kematian

 

Setelah jenazah sudah di kuburkan dan tertutup oleh tanah orang-orang pengantar jenazah pada pulang di situ tinggal keluarga dan dan bapak kaum (sesepuh agama) di lakukan tahlin di kuburan dan di lanjut (Talqin) talqin adalah mengingatkan jenazah saat mau di Tanya oleh malaikan di dalam kubur, kata bapak heri (bapak kaum)

 

Selesai maka biasa di adat kami warga Desa Sambeng biasa diadakan acara pengetean/peringatan 3hari,7 hari,40 hari,100hari setelah meninggal kemudian dilanjut naun/peringatan 1 tahun meninggal, khoul,1000 hari dan juga mendak/peringatan kematian

3 dino

Malam setelah kematian hingga malam ketiga dilakukan tahlil dan dzikir pidak(menghitung 1000 kerikil dengan dibacakan surat al ikhlas) dan juga membaca surat yasin dan juga bacaan ayat alquran oleh pemuda desa sambeng dan juga kerabat dari keluarga si mayit

7 dino

Peringatan 7 hari dilakukan gendurenan disiang harinya,dan pada malam hari diadakan pembacaan tahlil,disertakan air dan juga kembang diwadahkan didalam wadah dan dibacakan doa oleh kiyai kemudian setelah selesai disiramkan kekuburan si mayit

40 dino

Piperingati dengan genduren dan malamnya tahlil,pengetan 40 hari hamper mirip dengan prosesi pengetan 7 hari,dan dibarengi nyekar

100dino

Menuju 100 harinya orang meninggal keluarga melakukan genduren dan tahlil di lakukan oleh masyarakat kedungan 1 dan di tambah oleh kerabat. Setelah selesai tahlil di lakukan nyekar ke makam yang di tuju 100 hari.

Nahun atau mendak pisan mendak pindo

Nahun di lakukan 2 tahun dalam waktu  336 hari umur 1 tahun meninggalnya seseorang atau memperingati kematian di lakukan oleh keluarga dan mengundang kerabat terdekat dengan tujuan mengirim doa untuk arwah yang sudah meninggal sering di sebut (tahlilan dan genduri)

1000, dino atau nenger masang kijing

1000 hari meninggalnya seseorang sering disebut (Nyewu dino) adalah peringatan seribu hari kematian dan dibarengi oleh memasang batu nisan. Nyewu sendiri biasanya mengundang banyak kerabat dan warga untuk ikut mendoakan arwah yang meninggal biasanya sering dibarengi dengan acara pengajian bagi orang mampu untuk orang bisasa cukup melakukan genduren dan tahlil, karna nyewu adalah puncak peringatan kematian,

Nenger atau masang kijing adalah suatu pengingat di kuburan supaya tidak hilang dan lupa dengan yang meninggal siapa dan namanya siapa upacara nenger biasanya dilakukan sebelum acara tahlil dimulai. Biasanya batu nisan sebelum dibawa ke kuburan, di rumah dibacakan doa-doa dan di mandikan dengan air kembang. Acara pas pemberangkatan batunisan pun unik seperti orang meninggal dikasih kain mori dan juga dikalungi ronce kembang atau rentengan kembang.

Khoul atau haul

Khoul dilakukan setiap 1 tahun sekali tepat di hari meninggalnya seseorang seperti ulang tahun kematian. Dilakukan juga doa bersama dan tahlil tidak lupa dengan berkatan dan juga nyekar.

 

Gambar

Lokasi

Narasumber

  • Pak Ponimin, 47 tahun, pemerhati budaya warga Kedungan desa Sambeng
  • Pak Rohmat, 42 tahun, perangkat desa Sambeng
  • Pak Rowiyanto, 35 tahun, kepala Desa Sambeng,

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...