(Narasi oleh Lukman Fauzi Mudasir)

Narasi

Dolanan tradisional adalah salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan, bagaimana tidak, di era modern ini banyak anak-anak yang waktunya dihabiskan untuk bermain gim di perangkat seluler mereka, banyak kehidupan sosial mereka yang mulai pudar digantikan dengan individualistik. Dolanan tradisional dalam banyak penelitian mampu meningkatkan kemampuan kognitif, motorik, dan afektif anak-anak. Oleh sebab itu perlu adanya pendataaan jenis-jenis dolanan atau permainan tradisional ini agar warisan yang luar biasa ini tidak dilupakan oleh anak cucu kita. Beberapa permainan tradisional yang saya temui saat proses temukenali di Desa Borobudur antara lain adalah:

Ciblon

Bapak Jayin Rujiono, 45 tahun dari Dusun Jligudan menceritakan tentang kegiatannya dahulu ketika masih kecil dengan sebutan ciblon. Merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan oleh anak anak Dusun Jligudan yang dilakukan sehabis melakukan kegiatan bermain seharian dan guna melepas kepenatan mereka bermain air dan berlama alam  di sungai progo. Hal ini biasanya dilakukan di sore hari ketika orang tua ke sungai untuk mencuci dan mandi anak anak melakukan kegiatan bermain air dengan durasi agak lama.

Gobak Sodor

Pujiyono, 40 tahun dari Dusun Jligudan menceritakan, zaman dahulu ketika dia masih kecil sering melakukan permainan ini di saat malam purnama bersama teman temannya, namun perkembangan jaman sekarang  permainan ini dilakukan di waktu senggang anak-anak setelah pulang sekolah di Mpuloh Klathakan.

Teknik bermain gobak sodor adalah dengan memainkannya secara dua kelompok. Masing masing kelompok memainkan peran yang berbeda. Kelompok pertama bertugas memasuki daerah kelompok dua tanpa tersentuh dan kelompok yang lain berusaha menyentuh lawan di garis wilayahnya masing masing. Permainan ini dilakukan di atas kotak yang sudah digaris secara persegi panjang dan dibuat sebanyak pemain yang ikut bermain.

Penentuan pemenang adalah bila ada anggota kelompok pertama yang bisa menyeberang dan kembali tanpa tersentuh di garis awal dan finish maka kelompok dialah yang memenangkan permainan begitu diulang terus sampai lelah.

Lumbungan

Jayin 45 tahun, dari Dusun Jligudan menceritakan bahwa lumbungan merupakan permainan anak Jligudan yang dimainkan mirip dengan congklak, namun dengan media yang dipakai adalah tanah yang dilobangi. Permainan anak ini merupakan permainan adu strategi mengalahkan harta musuh agar bisa kita miliki dengan beberapa aturan main. Permainan ini minimal dilakukan oleh dua orang dan hanya dilakukan secara individual.

Aturannya adalah semua lobang yang dibikin 5 lobang dengan lobang yang ujung dibikin besar dari lobvang yang lain. Masing masing lobang diisi maksimal 10 buah batu kecuali yang lobang besar dikosongkan. Lalu pemain melakukan undian siapa yang jalan pertama dan ketika sudah ditentukan maka pemain pertama harus mengambil dari salah satu batu dilobang didepannya. Lalu membagikan secara adil ke masing masing lobang termasuk lobang besar kosong dan dilakukan hingga batu ditangan habis. Lalu dilanjutkan terus hingga menemui lokasi yang kosong dan batu ditangan habis. Demikian juga hal ini dilakukan oleh pihak lawan setelah pemain pertama selesai. Pemenangnya adalah memiliki jumlah terbanyak di lobang besar.

Keseimbangan Batu Kali

Menurut Ridwan, 19 tahun dari Dusun Jligudan, salah satu permainan kali yang sering dimainkan oleh anak anak remaja adalah balancing atau keseimbangan yang menggunakan media batu kali dalam pelaksanaannya. Masing masing anak akan memilih batu batu yang akan disusun sesuai dengan kehendaknya dan hal tersebut akan menjadi hasil yang berbeda di masing masing batu. Permainan ini biasanya dilaksanakan di sore atau pagi hari ketika waktu senggang.

Sontokan

Joko amanto, 45 tahun, dari Dusun Jligudan menceritakan bahwa permainan sontokan ini merupakan permainan yang dulu sering dia mainkan dan merupakan permainan favorit anak laki-laki ketika hujan hujanan dan permainan ini dilakukan secara berkelompok, selain berkelompok, sontokan dapat dilakukan sendiri atau berdua. Sontokan terbuat dari batang pohon bambu yang kecil dan dipotong sepanjang satu ruas bambu kemudian dibersihkan dalamannya. Selanjutnya lalu membelah bambu menjadi seperti sumpit yang nantinya digabung dengan pangkal ruas bambu yang paling ujung. Batang inilah yang disebut sontok sehingga permainannya disebut sontokan.

Cara memainkannya adalah dengan memasukkan kertas basah yang disobek kecil kemudian dimasukkan ke lobang bambu dan didorong dengan sontok tadi. Setelah itu dimasukkan kertas basah lagi yang kedua kemudian dengan disentakkan sekuat tenaga maka kertas basah tadi menjadi peluru yang terlempar ke depan. Permainan sontokan ini mirip seperti senjata sungguhan dari teknisnya.

 

Gambar

Lokasi

[map

Narasumber

  • Pujiyono, 40 tahun, Pelaku budaya, dusun Jligudan Desa Borobudur
  • Jayin Rujiono, 45 tahun, Pelaku budaya, dusun Jligudan
  • Ridwan, 19 tahun, Pelaku budaya, dusun Jligudan Desa Borobudur
  • Joko Amanto, 45 tahun, dusun Jligudan Desa Borobudur

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...