Eka Yangko dan Perjalanannya

(Narasi oleh Rangga Tsalisul A. dan Loh Sari Larasati)

Narasi

Masih keliling desa ditemani dengan motor hitam warna dop beserta buku catatan, saya mampir ke sebuah rumah produksi olahan makanan lembut berwana putih, hijau, merah muda, bertabur salju putih di sisi luarnya. Memiliki isian butiran kacang menambah cita rasa renyah di mulut. Yangko namanya, Usaha milik Mbak Tutik di Dusun Tingal Wetan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur.

Duduk di depan teras bersama mbak Tutik, kami mengobrol santai ditemani kayu jati melingkar besar untuk menyandarkan tangan.

“Mbak, yangko niku nopo to? Kok saget di asmani yangko?”

“Wah buka google mawon ya,” jawab Mbak Tutik sambil tersenyum.

Bekal P Diponegoro

Yangko diyakini berasal dari nama kiyangko. Dalam pelafalan lidah orang jawa, kata itu kemudian menjadi yangko.  Zaman dulu yangko dikenal sebagai makanan raja-raja atau priyayi, bahkan Pangeran Diponegoro sering menjadikan yangko sebagai bekal ketika berperang. Karena itu tetaplah kita masih menjaga peninggalan leluhur mulai dari makanannya. Makanan tradisional ini kemudian berkembang hingga saat ini.

Proses pembuatan

Proses pembuatan yangko membutuhkan ketelatenan karena prosesnya cukup panjang.  Pertama, beras ketan dikukus kemudian dimasukan isen-isen seperti kacang, keju, coklat lalu dibentuk seperti gulungan. Lalu gulungan tersebut ditaburi menggunakan tepung lembut dan dipotong setiap bagian menjadi tiga potongan agar mudah untuk memakannya.

Pada awalnya yangko hanya berisi campuran gula dan kacang, namun sekarang mulai berinovasi terdapat rasa stroberi, keju, pandan, dan coklat. Selain rasanya yang manis yangko memiliki tekstur kenyal sehingga menggugah selera untuk disantap.

“Ya kalo yangko dulu disini hanya ada waktu lebaran saja, jadi saya mencoba membuat di ain hari dan menjualkan secara online, alhamdulillah ternyata ramai sampai sekarang. Pembuatan yangko dilakukan bersama seluruh komponen keluarga, ayah, ibu, adik, suami, dan bude. Pembuatan yangko dibuat waktu ada pesanan sehingga rasanya masih fresh dan segar,” tutur mbk tutik.

Saat ini Eka Yangko memiliki varian harga mulai dari 12 ribu sat pak berisi 4 gulung dengan total 16 bagian potongan yangko.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Mbak Tutik, 25 tahun, Pemilik Eka Yangko, dusun Tingal Weta desa Wanurejo

     

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...