(Narasi oleh Taufik Hidayat dan Jamil Rochmatulloh)
Narasi
Genduren merupakan bahasa umum yang digunakan setiap ada hajatan. Di Desa Tegalarum, hajatan dengan menghadirkan tonggo tepaleh untuk hadir ke tempat yang bersangkutan itu biasanya disebut genduren. Ketika hadirin sudah rawuh nanti pemilik rumah akan menyampaikan agenda genduren itu apa. Misalnya saja, ketika ada acara untuk bayi biasanya disebut puputan, ketika ada acara untuk nikahan biasanya disebut bejo krama, ketika slametan menuju acara nikahan biasanya disebut ngirim doa kepada para leluhur dari calon pengantin. Pada dasarnya nama tersebut hanya istilah, untuk secara umumnya tetap disebut sebagai genduren.
Berdasarkan penuturan Bapak Mucholil selaku Mbah Kaum Dusun Susukan. Untuk doa yang dipanjatkan dalam setiap acara genduren sama, hanya saja perbedaannya terletak pada makanan yang disuguhkan. Acara bejo krama biasanya yang masih berjalan saat ini yaitu menggunakan ingkung. Kemudian untuk mitoni biasanya ada kendhil yang berisi jajanan pasar, serta ada tumpeng. Sedangkan untuk acara khoul atau slametan biasanya hanya makan besar (nasi) ditempat dan makanan ringan (snack), kemudian pulangnya diberi berkat / buah tangan yang berisi beras, mie, telur dsb. Acara genduren biasanya dilaksanakan pada waktu sore (bakdo asar) dan malam (bakdo maghrib & isya).
Gambar
Narasumber
- Bapak Mucholil, Mbah kaum/tokoh agama, Dusun Susukan Desa Tegalarum