(Narasi oleh Lukman Fauzi Mudasir dan Diyah Nur Arifah)
Narasi
Bapak Waribi selaku yang disepuhkan dalam organisasi Satrio Metaram 68 memberikan sebuah wejangan yang selama ini menjadi ciri khas ajaran Jawa berkaitan dengan kehidupan, khususnya kepribadian masyarakat di Kawasan Yogyakarta, Borobudur, dan sekitarnya.
Wejangan:
- Pokok permasalahan kehidupan manusia sebagai kodratnya Tuhan menciptakan manusia, jin, dan makhluk hidup yang ada di bumi. Semua itu membutuhkan keseimbangan karena manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna di antara-Nya.
- Prosesi jamasan pada dasarnya “nggugah sedulur kiblat papat” pembangkitan 4 elemen energi dari 4 penjuru, berupa (utara, timur, selatan, dan barat) dan (bumi, angin, api, dan air).
- Fungsi dari pembangkitan empat energi di atas untuk membentuk keseimbangan kehidupan lahir batin.
- Sugesti adalah dasar penting dalam keyakinan manusia terhadap kuasa Tuhan sesuai dengan keyakinan masing-masing. Hal tersebut meningkatkan adrenalin keseimbangan otak tengah, kiri, dan kanan, bisa untuk membangkitkan unsur tenaga dalam.
- Berhubungan dengan reaksi dan interaksi dengan makhluk astral atau gaib. Contohnya seperti: genderuwo, banaspati, peri, pocong, dll. Bahwa semuanya itu bisa berwujud karena reaksi dari sugesti visualisasi batin kita.
- Makhluk astral menjadi sebuah sebutan bagi mahluk halus secara universal.
- Menurut pemahaman Jawa antara makhluk astral dan lelembut (sawan) adalah sebuah energi yang bisa mempengaruhi kehidupan manusia dari sisi kesehatan dan kekuatan. Seperti ketika orang sakit terkena sawan, sistem mengatasinya/pengobatannya dengan sistem kearifan lokal dengan budaya masing-masing karena dari ilmu medis tidak ada pelajaran tentang penyakit kena sawan. Contoh sawan manten, sawan orang meninggal, sawan bayi, penyakit penyakit ini bisa diselesaikan dengan kearifan lokal yaitu dengan obat ramuan Jawa yang berasal dari dlingo, kunyit, bengkle, kencur, kemukus, garam, dan lain-lain.
- Dalam ajaran SM 68, selalu mengaitkan dan membedah sejarah kitab jawa seperti Jangka Jayabaya dan Ronggowarsito yang dalam kitab tersebut bisa memberikan pengertian masa depan yang akan terjadi pada kehidupan manusia. Seperti:
- Pasar ilang kumandange (pasar hilang suaranya).
- Kali ilang kedunge (sungai kehilangan kedalamannya).
- Sedulur ilang tresnane (saudara kehilangan rasa cintanya).
- Wong wadon ilang wirange (wanita kehilangan rasa malunya).
- Itu tanda-tanda bahwa kita sudah memasuki zaman edan.
- Jangka Jayabaya II: “Sesok tumekaning rejo rejaning jaman yen Pulo Jawa wes kalungan wesi” (Besok akan datang masa ramainya zaman jika Pulau Jawa sudah berkalung besi), seperti terjadi pembangunan rel kereta api.
- Yang terjadi di wilayah Yogyakarta sesuai dengan kitab jangka jayabaya seperti: “Sesok sak kidul Gunung Jeruk bakal dadi susuhing capung wesi” (besok selatan Gunung Jeruk akan jadi rumah capung besi), seperti yang terjadi pembangunan Bandara Internasional di Kabupaten Kulon Progo.
Kearifan lokal yang lain di Banyumas, seperti “Sesok rejo rejaning jaman yen wis ana iwak sepat ngendog sajroning manggar” (besok akan datang masa ramainya zaman jika ada ikan sepat bunga kelapa). Hal tersebut seperti dibangunnya banyak bendungan hingga airnya setinggi pohon kelapa.
Gambar
Lokasi
[map
Narasumber
- Bapak Waribi, pelaku budaya, sesepuh paguyuban Satrio Metaram 68, desa Borobudur