Jamu Tradisional Mbah Tumirah
(Narasi oleh Rangga Tsalisul A. dan Loh Sari Larasati)
Narasi
Mbah Tumirah, penjual jamu tradisional yang berkeliling desa menggunakan sepeda kayuh atau paling kenal disebut Ontel. Beliau adalah tokoh jamu tradisional di Desa Wanurejo yang telah menggeluti bidangnya kurang lebih 40 tahun lamanya. Mbah Tumirah belajar jamu berawal dari ibunda beliau yang juga merupakan tokoh pembuat jamu, sehingga resep pembuatannya turun temurun dari nenek moyangnya.
“Mbah, biasane meniko damel jamu nopo mawon?”
“Yaa nek biasane damel beras kencur, kunir asem, cabe puyang, karo godhongan. kalau jamu untuk anak-anak biasanya beras kencur dan kunir asem. untuk ibu-ibu dan sesepuh ada jamu godhogan, jamu uyup uyup, dan cabe puyang.
“Manfaatipun jamu nopo nggih Mbah?”
“Jamu Beras Kencur fungsi kagem piyayi sepuh marai anget lan watuk marai ical, Jamu wong sepuh kagem anget ing wadaran marai sekeco.”
“Jamu kagem ibu-ibu yoiku uyup-uyup, bahane seko temu giring temu lawak dan godhong-godhongan. Ana godhong sogok telik, godhong wuni, godhong gigil, godhong gandul dan godhong sembukan,” lanjut Mbah Tumirah menjelaskan.
“Mbah itu godhong telik dan godong yang lainnya seperti apa itu Mbah ?”
“Nahh sampeyan mboten ngertos to, nggih koyo ngonten!” jawab Mbah Tumirah sambil tertawa
Lanjut dalam obrolan yang ceria ini mbah Tumirah melanjutkan pembahasan cara membuat jamu.
“Bikin jamu itu gampang, gendhis jawi digodhok, toyane digodhok, temu-temuan utawa godhong niku dideplok terus diperes dicampur toya sek mateng, pahitan digodhog mboten dideplok.”
Selain dalam bidang jamu beliau pun memahami kehidupan bayi dan ibu setelah melahirkan, dalam pembahasan kali ini beliau menjelaskan tentang pupuk, tapel, dan pupuh.
“Pupuk di umbun-umbun bayi ben cepet atos. Tapel kanggo napele ibu melahirkan biar tidak besar. Kunir asem lan injet ditumbuk terus diusar usari dekat pinggang agar perut tidak mekar, dan harus kenditan. Bengkle dan cengkeh di tumbuk terus di taruh dekat mata agar sekeco matane. Makanya sekarang kan banyak ibu-ibu yang besar perutnya ya karena itu ga pernah di terapkan lagi.”
Penjelasan Mbah Tumirah mengingatkan kita akan kebiasaan hidup sekarang yang mulai berubah menjerumus pada kehidupan yang instan sehingga dampak akan kesehatan kurang terjaga. Apalagi minum jamu, anak-anak dan orang dewasa saat ini mulai kurang berminat. Adanya regenarasi anak bangsa perlu didampingi dengan memasukan nilai-nilai budaya dan peninggalan leluhur dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini ditujukan agar bangsa kita tidak hilang akan jati dirinya.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Mbah Tumirah, Penjual Jamu keliling, dusun Tingal Wetan desa Wanurejo