(Narasi oleh Romdhoni dan Andika Ulinnuha)

Narasi

Pak Suryono alias Usup, laki laki berumur 44 tahun asal Dusun Nampan, Desa Tanjungsari ini merupakan seorang perajin gaoyah. beliau menekuni usaha ini sejak tahun 1999 sampai sekarang. Awal mula terjun ke dalam kerajinan gaoyah beliau dimintai tolong untuk membuatkan gaoyah oleh salah satu warga Desa Tanjungsari yang memiliki usaha pembuatan tahu, dikarenakan gaoyah yang dimiliki pengusaha tahu tersebut sudah rusak. Saat mendapati hasil buah tangannya bagus dan mendapat apresiasi, saat itu Pak Usup mulsi menekuni pembuatan gaoyah. Gaoyah adalah alat berbentuk seperti sendok yang berguna untuk mengambil jladren tahu atau bekas gilingan kedelai yang direbus.

Pak Usup memperoleh bahan baku dari pengepul dengan kisaran harga Rp 80.000 dalam bentuk drum utuh. Drum yang sudah dibeli kemudian dibelah dan dipotang menggunakan mesin gerinda atau cutter dibentuk lempengan lebar dengan bantuan balok kayu. Satu drum dapat dijadikan 13 potong  berukuran sedang dengan menggunakan gunting baja dan sisanya akan di bentuk menjadi potongan kecil yang nantinya di jadikan gaoyah kecil yang berfungsi sebagai pengeruk abu. Lempengan pipih itu dimasukan ke dalam alat pres sederhana sambil di ketuk memakai palu untuk di bentuk cekungan yang akan di proses menjadi gaoyah, setelah lempengan itu sudah berbentuk cekung kemudian salah satu sisinya diberi lubang menggunakan paku baja yang bertujuan untuk memasang tangkai pegangan dengan pasak besi. Proses pembuatan satu gaoyah besar biasanya memerlukan waktu tiga jam.

Hasil produksi biasanya diambil oleh tengkulak, dan biasanya juga diambil oleh orang yang memproduksi tahu. Pak Usup juga menerima pesanan sesuai kebutuhan pelanggan. Untuk satu ukuran gaoyah besar memiliki harga jual sebesar Rp 50000 dan untuk gaoyah kecil seharga Rp 15.000,-(th 2021).

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

• Pak Suryono alias Usup, 44 tahun, pelaku budaya, Dusun Nampan Desa Tanjungsari

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal