(Oleh Zurdhan Ageng Pamuji dan Khoirul Fai)
Narasi
Berbicara mengenai alat penghalus bahan makanan, zaman sekarang sudah tidak asing lagi dengan apa yang dinamakan blender. Selain cara penggunaannya yang praktis, alat ini juga sangat mudah ditemui di toko-toko elektronik terdekat di sekitar Kita. Namun, di masa lalu, simbah atau kakek-nenek Kita belum mengenal teknologi mesin penghalus makanan berupa blender. Pertanyaan yang muncul dalam benak adalah, alat apa yang mereka gunakan? Jawabannya adalah lumpang dan alu.
Masyarakat dari generasi sebelumnya memanfaatkan teknologi sederhana berupa lumpang dan alu yang difungsikan sebagai alat penumbuk bahan makanan secara tradisional pada masa itu. Lumpang adalah wadah penumbuk yang terbuat dari batu kali atau andesit. Umumnya, lumpang berbentuk balok atau bundar. Pada sisi atas, tepat di bagian tengah benda tersebut terdapat cekungan ke dalam sebagai alas tumbuk atau wadah meletakkan bahan makanan yang akan dihaluskan atau dilunakkan. Adapun alu adalah alat yang digunakan untuk menggejoh atau menumbuk bahan makanan yang ada di atas lumpang. Berbeda dengan lumpang yang terbuat dari batu andesit, alu terbuat dari batang kayu berbentuk silinder memanjang.
Meskipun saat ini sudah ada mesin blender, akan tetapi fungsi lumpang dan alu dalam kehidupan masyarakat tradisional, khususnya di Desa Sambeng tidak dapat dipisahkan. Sebagian masyarakat masih menggunakan teknologi sederhana ini untuk menumbuk dan menghaluskan bahan makanan tertentu. Beberapa bahan yang masih dihaluskan menggunakan lumpang dan alu misalnya bumbu dalam jumlah besar atau ketela pohon untuk diolah lebih lanjut.
Gambar
Narasumber
- Mbah Fadhilah, 78 tahun, sesepuh desa, dusun Gleyoran desa Sambeng