Pembuatan Luweng di Desa Bigaran Borobudur #1

Pembuatan Luweng di Desa Bigaran Borobudur

Narasi

Luweng merupakan tungku tradisional yang dibuat dengan tanah liat atau menggunakan cor semen. meski saat ini penggunaan kompor gas sudah digunakan oleh kebanyakan orang, tetapi pesanan pembuatan luweng masih tetap ada dan semakin banyak. Untuk harga, cukup bervariasi seperti luweng dengan tungku dua diberi harga Rp 50.000 hingga Rp 80.000, sedangkan tungku tiga diberi harga Rp 80.000 hingga Rp 130.000.

Luweng merupakan tungku tradisonal yang dibuat dengan tanah liat atau menggunakan cor semen. Bapak Cahyo, umur 40 tahun adalah warga Bigaran yang membuat luweng berbahan semen. Beliau membuat luweng ini sudah sejak 2010, meneruskan orang tuanya dahulu. Bapak Cahyo memilih menggunakan semen karena menurut beliau pembuatan luweng dengan menggunakan tanah liat kurang kuat karena tidak ada kawat di dalamnya dan mudah patah.  Kemudian warisan dari orang tua juga sudah menggunakan semen jadi beliau memilih untuk menggunakan semen dalam pembuatan luweng.

Keperluan Hajatan

Meski saat ini penggunaan kompor gas sudah digunakan oleh kebanyakan orang, tetapi pesanan pembuatan luweng masih tetap ada. Pesanan akan banyak setelah hari raya idul fitri sampai idul adha karena banyak orang yang menikah sehingga membutuhkan luweng yang cukup banyak.

Bapak Cahyo yang dulu hanya membuat satu perhari kini semakin banyak pesanan yang beliau dapatkan. Jumlah dan ukuran yang dibutuhkan disesuaikan dengan permintaan dari si pembeli. Setiap harinya beliau bisa menghasilkan kurang lebih 10 luweng yang siap untuk dijual. Untuk harga, tungku lubang dua diberi harga Rp. 50.000 hingga Rp.80.000 sedangkan untuk tungku tiga diberi harga Rp. 80.000 hingga Rp. 130. 000.

Cara pembuatan menurut Bapak Cahyo adalah pertama menyiapkan cetakan, sesudah cetakan disiapkan kemudian di oli.  Setelah itu, mencampur adonan semen dan pasir. Kemudian dimasukkan adonannya sebagian, kemudian masukkan otot otot kawat untuk kekuatan, dan penuhi cetakan dengan adonannya. Setelah itu tunggu sampai agak kering baru kemudian ditutup. Terakhir selang sehari penutup dibuka dan luweng dihaluskan menggunakan amplas.

Gambar

Lokasi

 

Relasi Budaya

Narasumber

  • Bapak Cahyo (40 tahun), pembuat luweng,
    Desa Bigaran

Sumber Lain

 

Dari Kanal

 

 

 

Ulasan...