(Narasi oleh Lukman Fauzi Mudasir dan Diyah Nur Arifah)

Narasi

“Le, ayo mulih wes sore mengko dipangan Hantu Lapre lho” (le, ayo pulang sudah sore nanti dimakan Hantu Lapre) begitu kata orang tua zaman dahulu di Dusun Ngaran Krajan. Muh Sobari adalah tokoh adat di Dusun Ngaran. Sebuah adat lisan yang turun temurun dikalangan orang-orang Borobudur terutama di Dusun Ngaran adalah adanya Hantu Lapre. Hantu ini sangat terkenal pada zamannya. Dahulu sebelum pemugaran Candi Borobudur konon katanya ada seorang antropolog dari Belanda yang hidup pada tahun 1821-1882. Lapre meninggal di Borobudur karena sakit dan dimakamkan di bukit Njaten yang sekarang menjadi Dusun Ngaran II. Kemudian terjadi penggusuran makam oleh pihak TWC sehingga dipindah ke Dusun Gendingan. Makam Lapre berada di tengah-tengah antara makam Dusun Ngaran dan Dusun Kenayan.

Dengan adanya cerita ini dan sebelum adanya TWC, mitos Hantu Jenggot Lapre dipercaya telah menyelamatkan Candi Borobudur dari kerusakan oleh anak-anak Dusun Kenayan dan dari berbagai dusun di Desa Borobudur. Saat ini mitos tersebut sudah tidak ditakuti lagi oleh masyarakat sekitar sebab pesatnya pembangunan sekitar sehingga membuat cerita Hantu Lapre tidak lagi dianggap menyeramkan.

 

Gambar

Lokasi

 

Narasumber

  • Moh Sobari, tokoh masyarakat, dusun Ngaran desa Borobudur

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...