(Oleh Zurdhan Ageng Pamuji dan Khoirul Fai)
Narasi
Berbicara mengenai bertani dan pohon cabe, Mbak Puah adalah salah satu petani perempuan yang tinggal di Dusun Kedungan 2 Desa Sambeng. Mbak Puah yang masih muda ini saya temui secara tidak sengaja. Pagi itu saya bertemu Mbak Puah saat hendak njajah desa milangkori yang lumayan jauh, yaitu sekitar 1 Km ke kebun di area utara Desa Sambeng, untuk mengumpulkan informasi mengenai Objek Pemajuan Kebudayaan. Saat saya temui, Mbak puah sedang menanam cabai di kebunnya.
Sembari bertanam, Mbak Puah bercerita bahwa dirinya telah berkecimpung di pertanian selama bertahun-tahun. Ia bercerita bagaimana Puah Kecil sering bermain ke kebun dan membantu orang tuanya di sana. Jenis cabai yang ditanam Mbak Puah adalah jenis cabai jumrit atau cabai lalap. Menurutnya, jenis cabai jumprit dipilih karena waktu panennya sangat cepat. Mbah puah hanya perlu menunggu selama 3 bulan, kemudian cabai sudah berbuah dan bisa di panen setelahnya. Ukuran pohonnya pun tidak tinggi, yaitu hanya berkisar 40 Cm. untuk perawatannya pun cukup mudah, yaitu hanya diberi pupuk kandang dan pupuk urea setiap dua minggu sekali.
Gambar
Narasumber
- Puah, 29 tahun, petani muda dusun kedungan 2, desa Sambeng