(Narasi oleh Beni Purwandaru dan Tatak Sariawan)

Narasi

Nutu beras

Ngliwet adalah sebuah proses pengolahan beras hingga menjadi sega atau nasi siap saji. Ngliwet memiliki serangkaian proses yang harus dilalui agar nantinya nasi menjadi nikmat untuk disantap. Proses awalnya adalah nutu beras, yaitu menumbuk padi agar nantinya beras dan kulit padi menjadi terpisah. Alat yang digunakan adalah lumpang dan alu. Menurut Ibu Asliyah (70 tahun), lumpang dan alu sudah ada sejak dahulu kala, sudah ada sejak ia kecil. Alu adalah sebuah alat yang digunakan untuk menumbuk. Alu berbahan dasar dari kayu yang dibentuk seperti tongkat, akan tetapi di bagian tengahnya mengecil yang berguna untuk memegang alu. Sedang lumpang alat yang digunakan sebagai wadah untuk menumbuk. Lumpang ini terbuat dari batu yang dipahat berbentuk seperti bejana. Rongga itu yang nantinya digunakan untuk meletakkan apa yang akan ditumbuk. Selain terbuat dari batu, lumpang juga bisa dibuat dengan bongkahan kayu. Namun banyak masyarakat lebih memilih menggunakan lumpang watu (berbahan dasar batu) karena lebih kokoh dan awet dibandingkan kayu.

Ditapehi, Diinteri

Proses selanjutnya, beras dan kulit padi yang masih tercampur tersebut ditapehi menggunakan tampah, proses ini agar kulit padi bisa dibuang. Kemudian proses lainnya adalah diinteri, yaitu untuk mengambil padi yang masih tersisa untuk segera dipususi.

Dipususi

Dipupusi adalah proses pembersihan beras menggunakan air mengalir. Selanjutnya, jika beras yang diolah cukup banyak, maka wadahnya adalah tenggok entek, namun jika sedikit bisa menggunakan cething pring. Tenggok entek adalah wadah yang dari bambu yang dianyam, di sisi bawah berbentuk persegi empat, namun di sisi atas berbentuk lingkaran. Tenggok entek ini serba guna, karena bisa untuk wadah lainnya seperti hasil bumi atau makanan yang akan dibawa ke sawah. Sedangkan cething pring sebenarnya adalah wadah yang digunakan untuk penyajian nasi, akan tetapi cething pring juga bisa mempunyai fungsi lain yaitu untuk pususi beras.

Ngaru beras

Proses dilanjutkan dengan ngaru beras menggunakan kenceng. Ngaru beras adalah sebuah istilah untuk memasak nasi setengah matang. Urutan ngaru beras yaitu air di rebus di dalam kenceng hingga mendidih, setelah itu masukkan beras yang sudah bersih ke dalam air yang mendidih tadi. Alat yang digunakan untuk mengaduknya adalah centong. Setelah airnya asat atau menyusut tandanya nasi sudah kekel atau setengah matang. Memasak dengan cari tradisional ini lazimnya menggunakan luweng, yaitu pengapian sederhana yang berguna untuk mengolah makanan. Luweng berbentuk balok dengan dua atau tiga lubang melingkar di atasnya yang berfungsi sebagai wadah perkakas masak seperti kenceng atau dandang.

Ngukusi

Proses selanjutnya adalah ngukusi atau adang sega. Adang sega adalah proses akhir dari ngliwet. Nasi setengah matang pada proses sebelumnya dimasukkan ke dalam kukusan yang berada di atas dandang. Kukusan adalah benda berbentuk kerucut yang terbuat dari anyaman bambu. Sedangkan dandang adalah wadah khusus untuk ngliwet yang terbuat dari kuningan. Kuningan sendiri dipercaya sebagai bahan untuk dandang karena bahannya yang kuat dan menghantarkan panas dengan baik.

Proses adang sega ini memerlukan waktu 10 sampai 15 menit. Jika dirasa sudah cukup, jadilah nasi yang siap konsumsi. Biasanya, penyajian nasi ini menggunakan cething pring. Namun jika pada upacara tradisi tertentu akan dibentuk sesuai kebutuhan seperi dibentuk tumpeng atau bulat. Berbeda dengan menggunakan penanak nasi otomatis, ngliwet dengan cara tradisional ini memerlukan waktu yang lebih lama, namun hasilnya lebih khas dan nikmat.

 

Gambar

Narasumber

  • Ibu Asliyah, 70 tahun, sesepuh desa, desa Candirejo

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...