(Narasi oleh Jiyomartono dan Nurudin)

Narasi

Banyak penduduk di Desa Wringinputih yang bermata pencaharian sebagai pembuat batu bata. Salah satunya adalah Bapak Harjo Utomo dari Dusun Gayu. Beliau membuat batu bata sejak 20 tahun yang lalu dikarenakan melimpahnya tanah yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan batu bata.

Nyetak Boto

Awalnya beliau menggali tanah dan dikumpulkan serta didiamkan selama satu hari. Kemudian tanah tersebut dibawa ke tempat produksi batu bata dan dicampur dengan air dan pasir. Tujuan dimasukkannya pasir yaitu agar batu bata tersebut tidak menyusut setelah dibakar. Lalu adonan tanah dan air tersebut dimasukkan kedalam mesin pengaduk dan dicetak menggunakan cetakan kayu yang berisi 6-8 kotak persegi panjang.  Setelah itu, bagian batu bata yang tidak tertutupi dilapisi dengan pasir dan disusun secara zig zag serta didiamkan semalaman agar batu bata tersebut kering.

Ngobong boto

Proses selanjutnya yaitu ngobong boto atau membakar batu bata. Proses diwali dengan menyusun batu bata tersebut hingga membentuk suatu kubus. Namun ditengahnya dibiarkan kosong, gunanya untuk memasukkan kayu bakar saat ngobong boto. Kemudian batu bata tersebut dibakar selama kurang lebih 12 sampai 18 jam tergantung banyaknya jumlah bata. Tujuannya agar batu bata tersebut awet atau tahan lama dan tidak mudah rusak jika terkena hujan. Setelah dibakar, biasanya batu bata tersebut didiamkan selama satu hari lalu disusun kembali dan siap dijual.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Bapak Harjo Utomo, pembuat batu bata, Dusun Gayu Desa Wringinputih

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...