(Narasi oleh Mustofa dan Zam Zamil Huda)

Narasi

Untuk mengetahui hal tersebut saya mengunjungi kediaman Bapak Rebo atau lebih akrab dipanggil Mbah Rebo. Kediaman beliau berada di dusun Jombor RT 002 RW 002. Mbah Rebo sendiri merupakan seorang petani dan seorang tukang pijat.

Menurut Bapak Rebo,  pancen diadakan pada acara-acara tertentu. Menurut Mbah Rebo, pancen dibuat pada waktu-waktu tertentu seperti malam Jum’at, malam Seloso Kliwon, malam hari kematian leluhur, malam ketika akan mengadakan hajatan, malam ketika hari raya Idhul Fitri maupun Idhul Adha, malam pada hari-hari atau tanggal keramat, dan lain sebagainya. Pepancen sendiri adalah aktivitas menyiapkan panci berupa makanan, minuman, perlengkapan merokok atau menginang, uang, atau kembang sebagai sebuah sesajian atau pancen untuk leluhur atau nenek moyang.

Jenis makanan yang disediakan adalah nasi putih atau nasi jagung tergantung kemampuan beserta sayur dan lauk-pauknya. Syarat pembuatannya adalah makanan untuk panci harus diambil terlebih dahulu sebelum dimakan oleh anggota keluarga lainnya. Sedangkan untuk jenis minumannya adalah teh tubruk pahit, teh tubruk manis, air putih, dan air putih gula jawa atau gula aren. Sedangkan untuk syarat pembuatannya sama dengan penyiapan makanan, yakni harus diambil terlebih dahulu sebelum di konsumsi oleh anggota keluarga.Untuk rokok dapat menggunakan perlengkapan rokok lintingan yang berupa tembakau, cengkeh, kertas sigaret, kemenyan, dan klembak, atau dapat juga dengan menggunakan sebatang rokok. Namun jika leluhurnya tersebut merupakan seorang perempuan maka menggunakan perlengkapan menginang yang berupa daun sirih dan enjet. Pancen tersebut dibuat oleh warga masyarakat yang masih mempercayainya. Pembuat pancen atau anggota keluarga lain dapat memanfaatkan pancen tersebut setelah pagi atau setelah hajatan selesai.

 

Gambar

Narasumber

  • Bapak Rebo, 53 tahun, Dusun Jombor RT 02/RW 02, Desa Giripurno

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...