(Narasi oleh Lukman Fauzi Mudasir dan Diyah Nur Arifah)
Narasi
Sebuah rencana wisata Alam di Dusun Njligudan dan di tepi Sungai Progo dan diatas batu bertuah. Pak Bujono (47 tahun) dari seorang warga Dusun Njligudan mengatakan bahwa kami sudah mempersiapkan beberapa langkah manajemen yang kami sampaikan ke masyarakat Dusun Njligudan dan mendapat respon yang baik dengan sistem penanaman saham bagi masing masing pendonor yang nantinya menjadi pendukung perekonomian tetangga desa.
Pulo klatakan memiliki arti pulo itu memiliki makna pulau (pulau) dan klathakkan (berserakan) sehingga pulo klatakan berarti pulau yang berserakan atau tidak teratur. Berada di tepi Sungai Progo dan memiliki banyak potensi mistis di sekitarnya, yaitu ada mata air sumber dan batu keramat serta kayu jati yang sudah membatu menjadi objek menarik dan bisa digabung dengan warung warung budaya yang dipersiapkan buat wisatawan.
Pulo klatakan ini terbentuk dari sedimen Sungai Progo yang arus sungai nya selalu berubah setiap detiknya dan diiringi arus besar setiap tahunnya, kata mas Bujono sambil menanam vetiver di pinggir sungai. Lalu sekarang ini arus Sungai Progo menjauh dari Dusun Njligudan ke arah utara dan sekarang pulo klatakan menjadi lebih lebar dari biasanya dan batu batu banyak yang berserakan di wilayah tersebut. Biasanya di tengah pulau ini masyarakat Dusun Njligudan mendirikan tenda untuk bermalam sambil menyalakan api unggun.
Sebagai persiapan dalam pembuatan wisata alam pulo klatakan sekarang mulai perlahan lahan membenahi diri, dengan menanam vetiver di sepanjang Sungai Progo yang dipersiapkan untuk mencegah longsoran dengan tanaman tersebut yang memiliki akar tunggang yang dalam dan jauh ke dalam tanah demikian menurut Pak Bujono dengan sambil menanam vetiver sore ini.
Gambar
Lokasi
Narasumber
- Bapak Bujono, 47 tahun, pemerhati budaya desa Borobudur