Kriya Kayu Rik Rok
(Narasi oleh Rangga Tsalisul A. dan Loh Sari Larasati)
Narasi
Dolanan dari kayu
Permainan tradisional khususnya permainan anak-anak sudah mulai tergantikan oleh kemajuan teknologi terutama gadget. Namun di Borobudur permainan tradisional masih bisa ditemukan terutama di wilayah Desa Wanurejo. Saat ini masih terdapat pelaku budaya yang memproduksi dan menjualkan permainan tradisional yang terbuat dari limbah kayu. Siapa sangka sebuah limbah kayu dapat dijadikan menjadi permainan tradisional yang ramah lingkungan, ekonomis, dan berorientasi pada konservasi. Inilah Kriya Kayu Rik Rok di Dusun Tingal Kulon, Desa Wanurejo.
Pada kesempatan sore hari ini saya dapat bertemu dengan beliau bapak Purwanto (55 tahun) pemilik Kriya Kayu Rik Rok. Sambutan hangat dari beliau atas kedatangan saya. Kami pun memulai obrolan ringan sebelum akhirnya Pak Wuryanto bercerita tentang usahanya ini. Dari jenis-jenis dolanan seperti othok-othok, gangsing, dakon, hewan-hewanan, ketapel yang beliau jual hingga bercerita asal muasal membangun usaha kriya kayunya.
Akibat krismon
“Awal dulu bergerak dalam pembuatan fiber miniatur prambanan dan borobudur berbentuk patung-patung. Pada Tahun 1997-1998 kena krismon (krisis moneter) sementara fiber bahan impor, saat terjadinya krismon harga menjadi naik baik cetakan maupun fibernya. Saya dua tahun terus berhenti, saya mau ngapain? Waktu itu melirik limbah kayu minta dari potongan-potongaan orang bangunan untuk dibuat mobil-mobilan, asbak. Disaat saya jualan di Candi Borobudur bertemu dengan guide orang Spanyol mencari pengrajin dan dapat order bikin gangsingan kayu ada tulisan rik rok, awalnya dari itu. Rik Rok ada dua versi yang pertama Rik Rok produk gangsingan yang dibawa ke Spanyol, versi kita saat pameran di InaCraft sama wartawan kompas diberikan narasi dengan simbol kodok dan jangkrik. Akhirnya kita pakai nama ini yang lebih marketable dengan simbol kodok dan jangkrik, kalau dulu nama awalanya gangsingan rik rok.” Pak Purwanto bercerita
Kodok & Jangkrik
“Filosofi nama Rik Rok berasal dari kodok dan jangkrik yang memiliki makna hidup masih di lembah atau pinggir sawah yang tidak kena polusi tapi mereka saling mengisi kekompakan yang menjadikan harmoni kehidupan, seperti filosofi orang desa yang hidup bergotong-royong. Rik dari suara kodok dan Rok dari suara jangkrik, bunyinya akan saut-sautan dan menjadi irama yang harmoni menjaga kekompakan ‘rik rok rik rok…’
Tahun 2010 kami masuk Hak Kekayan Intelektual, di dunia ada tiga, Rik Rok kami sebagai kriya kayu, Rik Rok di Amerika sebagai alat musik, yang satu nama Rik Rok sebagai musisi,” tutur Pak Purwanto.
Setelah mengetahui sejarah Rik Rok saya kembali bertanya dengan beliau mengenai permainan tradisional. Pak Purwanto pun menjelaskan jika untuk permainan tradisional itu yang selalu dibuat itu othok-othok gaul dengan kepala yang dimodifikasi menggunakan kepala seperi pensil gaul, kepala menggunakan caping, blangkon cuman dari kayu semua, kalau pensil gaul kan dari biji nyamplung.
Biji Nyamplung
“Nyamplung itu apa Pak? Saya menyahut bertanya.
“Nyampulng itu pohonya seperti ini, nanti diambil bijinya yang bentuk bulat. Kalau di Ambon itu nanti di dalam bijinya di buka, diiris-iris kemudian dijemur, nah nanti bisa dibuat pengganti minyak tanah, kalau saya cuman diketok itu juga bisa sebagai penyakit kulit, tinggal dibakar nanti di oleskan,” jawab Pak Purwanto.
Dalam pembuatanya, otoh othok dibuat dengan cara dibubut menggunkan mesin dan kayu yang digunakan jenis kayu waru, karena menghasilkan bunyi dari pada kayu yang lain, selain itu harganya juga lebih murah.
“Pak, untuk cara mainnya othok-othok bagaimana ya?”
“Othok othok dimainkan dengan cara digoyang-goyang, tapi yang aslinya itu diputar dengan dua telapak tangan yang digesekaan kedepan kebelakang. Kalau untuk anak-anak dibawah 5 tahun bisa dimainkan oleh ibunya. Sebenarnya othok-othok memiliki fungsi untuk menggerakan otot motorik karena mendengar suara dan melihat gerakan kekanan dan kekiri.
Sampai sekarang masih banyak peminatnya karena banyak yang suka mencari permainan tradisional dan juga kami masih memproduksi dan menjualkan sampai sekarang” tutur Pak Wuryanto mengakhiri obrolan bersamaan dengan kumandangnya suara Adzan Maghrib.
Gambar
Lokasi
-7.6114887,110.2150388
Narasumber
- Purwanto, 55 tahun, Pemilik Kriya Kayu Rik Rok, dusun Tingal Kulon desa Wanurejo