(Narasi oleh Arif Sutoyo dan Nur Kholiq)
Narasi
Membersihkan lahan pekarangan adalah kegiatan yang rutin dilakukan warga Desa Ngargogondo setiap pagi. Alat wajib yang digunakan untuk membersihkan pekarangan yang adalah sapu regel. Sapu regel ini terbuat dari biting atau lidi yang merupakan bagian tulang daun kelapa dan kemudian dipisahkan dari dahan dan daunnya. Biting atau tulang daun kelapa ini kemudian dibersihkan dari sisa-sisa daun yang menempel. Setelah jumlahnya dirasa cukup banyak, kira-kira setebal satu genggaman tangan orang dewasa, biting ini akan diikat menjadi satu-kesatuan yang disebut sapu biting dawa (atau sapu lidi panjang). Sapu biting yang sudah jadi ini biasanya akan digunakan untuk menyapu bagian dalam rumah. Setelah digunakan, lama-kelamaan bagian ujung sapu akan aus, sehingga penggunaanya akan pindah ke lahan pekarangan. Perpindahan letak penggunaan pun mengganti penamaan pada sapu, yang sebelumnya sapu biting dawa, berubah menjadi sapu regel.
Ibu Juwarni adalah salah satu warga Dusun Parakan yang masih menggunakan sapu regel untuk menyapu latar atau halaman rumahnya. Aktivitas membersihkan menyapu halaman rumah biasa disebut dengan nyapu latar. Nyapu latar adalah bagian dari keharusan yang Ibu Juwarni lakukan setiap pagi selepas beliau memasak. Kondisi halaman rumah yang ditanami banyak pepohonan membuat Ibu Juwarni harus membersihkan daun-daun kering yang berjatuhan setiap hari. Selain menggunakan sapu regel, Ibu Juwani menggunakan ekrak dan tomblok untuk mengangkut sampah-sampah yang sudah terkumpul. Biasanya, sampah yang sudah terkumpul diletakkan di sebelah pojok latar untuk kemudian dibakar supaya tidak berserakan kembali karena dicakar oleh ayam yang mencari makan.
Menurut Ibu Juwarni, menyamu tidak hanya membuat halaman menjadi bersih dan nyaman dilihat, tetapi juga menyehatkan karena membuat badan bergerak dan memicu keluarnya keringat. Halaman rumah yang bersih juga membuat hati dan pikiran penghuninya menjadi lebih segar dan damai, sehingga dapat memancarkan energi positif dari penghuninya.
Gambar
Narasumber
- Ibu Juwarni, pelaku budaya, Dusun Parakan Desa Ngargogondo