(Narasi oleh Muhammad Ja’far Qoir dan Miftakhul Fauzi)
Narasi
Dalam tradisi kenduri pada masyarakat jawa pasti sering kita temui nasi urap dengan sayuran atau sering juga kita jumpai nasi tumpeng dalam acara slametan, birrul walidain dan juga birrul arwah. Banyak orang yang tidak tahu juga jika dalam tradisi itu ada juga Sego Asin atau nasi yang rasanya asin. Masyarakat di Desa Karanganyar sering menyebutnya dengan nama Sego Gurih. Sego Asin ini berisi nasi yang dicampur dengan urap kelapa dan juga garam. Dari bahan bahan tersebut dapat menciptakan rasa yang khas yaitu rasa gurih dan nikmat.
Ibu Baniyah adalah seorang ibu rumah tangga sekaligus pedagang warung kelontong yang berusia 55 tahun. Beliau seseorang yang juga masih melestarikan tradisi yang ada. Seperti among-among, slametan, ngirim dan lain-lain. Keseharian beliau adalah sebagai ibu rumah tangga dan pedagang kelontong dirumah dan memiliki dua orang anak putra dan putri. Sego asin ini berbeda dengan sego golong atau sego urap yang lainnya. Ibu Baniyah menjelaskan umumnya sego asin ini tidak terlalu banyak dibuat karena dari setiap berkat yang diberikan hanya akan diberikan satu sendok sego asin ini. Sego asin ini juga sebelumnya disajikan didepan hadirin untuk diikutkan dalam ritual berdoa slametan.
Gambar
Narasumber
- Ibu Baniyah, 55 tahun, pelaku budaya, desa Karanganyar