(Narasi oleh Wahyu Nur Rahman dan Abdul Kholiq Kurniawan)

Narasi

Ibu Koyimah (73 tahun) atau sering dipanggil ‘Yu Tomblok’ telah menggeluti usaha tempe sejak tahun 1986, dikarenakan tuntutan ekonomi yang harus dipenuhi. Awalnya, Yu Tomblok sering mencoba-coba membuat tempe sampai akhirnya berhasil membuat tempe khas Yu Tomblok. Setelah jadi tempe, beliau mencoba menjualnya di daerah sekitar dan Pasar Muntilan. Sebelum ada kendaraan, Yu Tomblok berjalan kaki selama 3 jam untuk menuju Pasar Muntilan. Yu Tomblok berangkat membawa tempe dari jam 3 pagi dan dapat dijual di Pasar Muntilan sampai pukul 6-7 pagi.

Industri pembuatan tempe rumahan ini ada di Dusun Sigug, RT 05 RW 06, Desa Bumiharjo, Kecamatan Borobudur. Kini, Yu Tomblok dibantu oleh anaknya yang bernama Tarwiyah (40 tahun). Dalam sehari, beliau dapat menghabiskan 4-5 kg kedelai untuk dibuat tempe. Yu Tomblok menjual tempe nyempluk hanya 300 rupiah (th 2021), sedangkan tempe pipih atau gepeng dijual seharga 800 rupiah.

Tempe adalah makanan yang terbuat dari kedelai yang dibusukkan (diragi) supaya tumbuh jamur dan dibungkus dengan daun pisang. Ragi ini akan menghasilkan hifa (benang jamur) yang mampu menambah protein pada tempe, juga membuat rasa tempe lebih enak. Proses pembuatan tempe memakan waktu kurang lebih 3 hari. Yu Tomblok membeli kedelai kedelai dari Bapak Imron di Desa Bumiharjo. Untuk membuatnya, pertama-tama kedelai direndam selama 1 hari. Setelah itu, dikukus kurang lebih satu jam. Proses ini lah yang membedakan tempe buatan Yu Tomblok dengan yang lain. Dengan dikukus terlebih dahulu, rasa tempe Bu Tomblok menjadi tidak asam seperti tempe lain. Ketika sudah dingin, kedelai diinjak-injak agar agak hancur, lalu direndam satu hari lagi. Selanjutnya, kedelai dikukus lagi selama satu jam, lalu diberikan ragi ketika sudah dingin. Pemberian ragi harus dipastikan ketika kedelai masih dingin, karena jika masih hangat, rasa tempe akan menjadi pahit. Proses terakhir yaitu dibungkus menggunakan daun pisang. Daun pisang yang mudah digunakan untuk membungkus dan tidak terlalu kotor adalah daun pisang kluthok. Talinya menggunakan iratan bambu muda, karena bambu tua mudah putus. Proses pembungkusan tempe ini membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam dengan 2 tenaga kerja. Tempe menjadi salah satu sumber protein yang sangat digemari masyarakat karena bergizi, rasanya yang enak, dan terjangkau.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Ibu Koyimah, 73 tahun, sesepuh desa, pembuat tempe, dusun Sigug desa Bumiharjo

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...