(Narasi oleh Salma Salsabila R. dan M. Shodek)

Narasi

Mantan Romusha

Salah satu budaya yang ada di Desa Majaksingi adalah kesenian rakyat dayakan dengan kelompok bernama Topeng Ireng Simolodro. Berdasarkan cerita dari narasumber yaitu Bapak Budi Ismoyo, awal mula dayakan atau topeng ireng masuk ke Desa Majaksingi pada tahun 1950-an. Berawal dari masyarakat dulu yang menjadi romusha ke pelosok-pelosok hutan dan melihat langsung kehidupan suku dayak. Dari situlah saat kembali mulai mengajak masyarakat desa membuat tarian, pakaian, hingga musik yang menyerupai kehidupan Suku Dayak. Tarian topeng ireng di Desa Majaksingi biasa dimainkan pada malam hari di acara-acara seperti syukuran, khitan, nikahan, tapi tidak jarang sekarang ini tarian tersebut dimainkan di siang hari untuk acara penyambutan tamu dan sebagainya. Para penarinya didominasi oleh laki-laki, dengan umur  10 tahun hingga 40 tahun.

blenker, janur, bulu ayam

Atribut yang digunakan oleh para penari dalam pertunjukan ini pada awalnya menggunakan kuluk atau tutup kepala yang terbuat dari blengker atau lingkaran kepala yang berapa di dalam caping bambu yang ditambah lancur atau bulu ekor ayam. Untuk atribut di badan menggunakan janur kuning yang dirangkai melingkar dipakai di leher dan pinggang. Seiring berjalannya waktu, atribut yang digunakan mengalami perubahan dari awalnya menggunakan janur kuning, karung goni, dan tali rafia kemudian menjadi seperti yang digunakan saat ini.

Menyerupai topeng

Wajah para penarinya biasa dilukis menyerupai menggunakan topeng. Dahulu karena masih terbatas, warna yang digunakan hanya hitam yang didapat dari arang kayu dan putih yang didapat dari kapur. Pada akhirnya seiring kemajuan, sekarang mulai ditambah warna lain seperti warna jingga untuk menambah kesan indah.

Alat musik

Alat musik utama yang digunakan untuk mengiringi tarian topeng ireng adalah kemplak atau dodok, jedor, dan kempong. Alat musik kemplak, berbentuk seperti tabung berukuran 50 cm dengan diameter 30 cm yang terbuat dari batang atau glugu pohon aren yang dilubangi dan ditutup pada salah satu sisinya menggunakan kulit sapi. Jedor serupa dengan kemplak tapi ukuran lebih besar seperti bedug masjid. Kempong atau bende, terbuat dari kuningan berbentuk seperti piring cekung, berjumlah tiga buah dengan nada suara yang berbeda. Seiring berjalan waktu terdapat improvisasi dalam penggunaan instrumen. Ditambah dengan dengan alat musik saron dan rebana. Tembang yang dinyanyikan untuk mengiringi para penari, menggunakan tembang bahasa Jawa dan syair-syair Islami dan mengikuti perkembangan zaman juga sisipkan tembang campursari Jawa modern.

Rodat

Dalam pertunjukkan topeng ireng ada urut-urutannya atau sering disebut rodat.  Rodat pertama yaitu tarian pembuka oleh penari dayak atau topeng ireng. Kemudian disusul keluarnya kewan-kewan atau kawanan hewan buas yang diperankan oleh penari dengan memakai ndas-ndasan atau penutup kepala berbentuk kepala hewan seperti harimau, kerbau, badak, dan kuda. Selanjutnya dilakukan persiapan untuk melakukan arak-arakan oleh semua penari dan penabuh gamelan ditambah beberapa orang yang melakukan obar-abir atau atraksi api. Setelah semua persiapan selesai semua rombongan berangkat ke titik mulai arak-arakan. Adapun formasi arak-arakannya, obar-abir berada di posisi paling depan, disusul penari dayak atau topeng ireng, kewan-kewan, dan para penabuh alat musik berada di paling belakang.

Sesajen

Sesampainya rombongan sampai di tratak atau tempat pertunjukkan, obar-abir dan penari dayak langsung masuk, menyisakan para penari kewan-kewan. Dalam pertunjukkan ini para penari tidak sedikit yang mengalami kerasukan atau dalam bahasa Jawa. Pada waktu ini para penari yang kerasukan mulai meminta sesaji yang sudah dipersiapkan diatas eblek atau nampan yang terbuat dari bambu. Adapun isi sesajen itu diantaranya kembang macan kerah yang terdiri dari bunga mawar merah dan putih, kantil, dan kenanga, lalu buah-buahan, pisang mas, jeruk, dan beberapa jenis minuman seperti satu gelas kopi hitam tanpa gula, satu baskom air mawar, degan ijo, bahkan terkadang juga terdapat dawet.

Montolan penutup

Setelah para penari kerasukan, biasanya diobati agar tersadar kembali. Orang yang melakukan ini biasanya orang punya ilmu dalam segi spiritual. Setelah semua pemain tersadar biasanya dilakukan pertunjukkan terakhir yaitu montolan, tarian dengan unsur lelucon, yang ditampilkan bisa dari gerakan ataupun suara.

Persiapan

Dari semua rangkaian pada setiap pertunjukan dayakan atau topeng ireng pasti ada persiapan terlebih dahulu. Mulai dari persiapan non spiritual seperti latihan yang dilakukan oleh para penari maupun penabuh alat musiknya. Serta persiapan spiritual yaitu berdoa kepada Sang Pencipta agar pertunjukkan yang akan dilakukan berjalan seperti yang diharapkan. Satu lagi yang unik disini adalah kesenian topeng ireng ini melibatkan anak kecil untuk ikut dalam pertunjukkan yang bertujuan melatih mental mereka, mengenalkan mereka terhadap budaya yang ada di tempat mereka tinggal, dan yang paling penting agar kesenian rakyat topeng ireng di Desa Majaksingi dapat terus beregenerasi.

 

Gambar

Narasumber

  • Bapak Budi Ismoyo, Desa Majaksingi

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...