(Narasi oleh Romdhoni dan Andika Ulinnuha)

Narasi

Bulan ruwah

Nyadran merupakan mengirim doa kepada leluhur, di sisi lain juga bisa mempererat silaturahmi ahli waris yang tinggal jauh dan bisa mempersatukan keluarga, bisa juga menggalang dana untuk merenovasi makam atau masjid. Biasanya kegiatan ini hanya dilakukan oleh para laki-laki di Dusun Nampan dan menggunakan Bahasa Jawa. Dilaksanakan setiap Bulan Ruwah setiap pagi hari di Masjid Baitul Amin dengan mengumpulkan seluruh warga. Ada ustadz yang bernama H. Kyai Nur Hamid untuk memimpin doa dalam acara tersebut. Banyak persiapan yang dilakukan pada satu hari sebelumnya, gotong royong mendirikan tratak atau tenda, mengumpulkan tikar untuk dipakai dari warga setempat, serta menarik iuran ke seluruh warga.

Berkat

Pada saat acara berlangsung, masyarakat harus membawa berkat sesuai berapa jumlah orang yang ada di rumah tersebut lalu pada saat acara selesai mereka akan membawa lagi berkat tersebut untuk dibawa pulang. Berkat merupakan bingkisan makanan yang dibawa pulang isinya seperti nasi, lauk pauk, sayur sayuran, mie, dan air putih. Kegiatan ini dilakukan setelah salat ashar setelah semua warga telah bergotong royong mendirikan tratak dan membersihkan makam.

Nyekar

Kegiatan ini menggunakan pakaian yang sopan serta menggunakan peci. Akan dihidangkan makanan ringan saat di Masjid Baitul Amin seperti tahu, lemper, air, teh, jeruk, emping. Tugas ibu-ibu memasak untuk menjamu tamu yang datang contohnya nasi opor ayam. Biasanya, warga yang datang akan membawa bunga untuk nyekar ke makam. Tidak ada perbedaan kondisi dari zaman dahulu hingga sekarang.

 

Gambar

Narasumber

  • Rahmatullah, 51 tahun, Pelaku budaya, Tokoh agama, Dusun Mendalan Desa Tanjungsari

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...