(Oleh Zurdhan Ageng Pamuji dan Khoirul Fai)
Narasi
Menurut penuturan Pak Rowiyanto (35), suran adalah perayaan pergantian tahun baru Suro. Suro adalah bulan pertama dalam penanggalan Jawa. Satu Suro di tahun ini jatuh pada Hari Selasa Pon Bulan Suro tahun 1955 atau tanggal 10 Agustus 2021. Tahun ini 1 Suro merupakan suatu masa pergantian dari Windu Sangsoro ke Windu Sancoyo atau siklus pergantian setiap 8 tahun sekali menurut perhitungan secara Jawa. Yang menarik, Sangsoro artinya musibah atau kesengsaraan, Sancoyo artinya bercahaya atau melambangkan kemakmuran.
Menurut Pak Rowiyanto, diharapkan pergantian dari Windu Sangsoro ke Windu Sancoyo memberi keberkahan dan dunia keluar dari musibah, seperti pandemi covid-19 yang sedang terjadi sekarang.
Berbicara mengenai bulan Suro, dalam budaya Jawa, identik dengan sakral dan mistisnya. Makna Suro bagi orang Jawa di beberapa daerah salah satunya di Desa Sambeng, Kecamatan Borobudur, diartikan sebagai bulan yang menyeramkan. Seperti penuh bencana dan bulannya para makhluk gaib. Beberapa hal yang masih sering dilakukan sesepuh dan juga Pak Rowiyanto saat malam 1 Suro ialah mengapit tanggal satu Suro dengan berpuasa ngrowot (makan umbi umbian alami dan meninggalkan olahan makanan) dan mutih (makan makanan alami berwarna putih dan anyep/dingin)
Malam 1 Suro
Untuk memperingati perayaan malam 1 Suro atau 1 Muharam, Pak Rowiyanto mengadakan acara doa bersama/tirakatan di kediaman rumahnya yang disaksikan oleh keluarga dan tokoh-tokoh masyarakat. Kalau di Desa Sambeng sering disebut selamatan atau seslametan yang isinya adalah ritual mendoakan para leluhur yang sudah meninggal. Memanjatkan doa-doa sakral untuk rasa syukur terhadap Sang Maha Kuasa karena masih bisa merayakan ulang tahun Jawa. Di samping itu ada juga macam-macam hidangan makanan dan sesajen yang dikelilingi oleh para pembaca doa oleh modin/sesepuh desa.
Menurut Pak Rowiyanto dalam tiap-tiap makanan, sesaji, dan tumpeng selametan memiliki pemaknaan yang cukup dalam.
1.Nasi kluban (urap)
Isi nasi kluban adalah nasi yang dicampur dengan sayur-sayuran dan parutan kelapa yang sudah diberi bumbu, komplitannya ada tempe goreng, sayur kentang, rempeyek, dan kerupuk. “”Untuk komplitan ini jika mau ditambah pemanis tidak apa apa, asal tidak meninggalkan yang pokok, kata Pak Rowiyanto. Makna nasi kluban (urap, urip, urup) adalah simbol dari wujud rukun gotong royong,.
2.Ingkung
Ingkung dimaknai “manembaho kanti linangkung“. Ingkung adalah ayam jago jawa yang dimasak utuh. Dimasak oleh ibu-ibu dan cara memasaknya dibacem/gurih manis. Dalam arti simbol hamba Allah kepada Tuhannya. Bentuk dari ayam yang diikat (ingkung) bermakna mengendalikan hawa nafsu.
3.Bubur suro
Isi dari bubur suro adalah, nasi beras dan kacang-kacangan yang merupakan simbol dari wujud syukur dan permohonan maaf apa yang sudah terjadi dan meminta kemuliaan apa yang akan dihadapi, komposisi bubur suran ialah bubur nasi putih, kacang kedelai, isi kacang panjang, kacang tanah, kacang hitam, kacang hijau, biji lamtoro/mlanding. Menurut Pak Rowiyanto, 7 bahan ini bisa diganti bahan lainnya jika tidak ada sama sekali bahan tersebut yaitu bisa diganti olahan kacang kacangan lainnya asal dengan jumlah 7 macam. 7 (pitu) ini bermakna pitulungan.
4,Jenang merah putih (manunggaling sawiji)
Sebagai simbol lambang kehidupan manusia yang tercipta dari air kehidupannya manusia, Menandakan merah itu ibu, putih itu bapak (sel darah putih dan sel darah merah, adapun bahan pembuatan menggunakan beras putih dan dimasak dengan cara direbus dengan campuran santan,untuk warna merah ditambah gula jawa.
5.Jajan pasar
Jajan pasar adalah simbol kerukunan yang di wujudkan rasa sukur kita atas apa yang kita punyai dari olahan hasil bumi. Isi jajan pasar : makanan-makanan kecil umbi-umbian kacang-kacangan, buah-buahan,apem. Kenapa kok pada gambar yang tertera ada bingkisan kacang modern? kenapa kok tidak dibungkus daun pisang? Karna jajanan pasar mengaitkan apa yang ada di pasar dengan kondisi pasar saat ini
6.Telur ayam kampung
Simbol dari awal kehidupan (wiji kang urip), bahan ini tidak bisa diganti dengan telur lain kata Bapak Rowiyanto, adapun makna Wiji Kang Urip ialah Benih kehidupan
7.Kembang setaman
Simbol wujud harumnya kembang setaman mewakili pengharapan agar kita senantiasa mendapatkan keharuman para lelujur. Keharuman yang di maksud yaitu berupa nasehat, pelajaran, berkah, dan kekayaan spiritual yang di harapkan akan di wariskan secara turun-temurun. Isi dari kembang setaman ada mawar melati kantil kenanga. Pemaknaan lainnya dari kembang setama adalah perpaduan bunga yang ada di taman dan dijadikan ubo rampe, memaknai harapan seperti indahnya taman
8.Wedang 7
Makna wedang 7 manusia hidup berawal dari ari, tujuh berasal dari simbol kenikmatan dan rasa dan sebagai simbol pengingat terhadap hidup karena anggota tubuh manusia juga ada 7 yang digerakkan oleh rasa kulit,bulu,darah,daging,otot,tulang, sumsum. Isi wedang 7 yaitu teh pait, kopi hitam pahit, air putih, susu, wedang jahe, kopi manis, the manis
D isamping ritual itu ada juga ibu-ibu yang sibuk mempersiapkan makanan dan sesajen dan bapak-bapak sedang menyiapkan minuman dan penataan sesajen,dan kenapa ibu ibu yang memasak dan bapak bapak yang mempersiapkan minuman? Jawabannya karena ini adalah tradisi kami warga Desa Sambeng, setiap desa ada cara masing masing, dan setiap Negara ada tatanan/aturannya masing masing
Setelah selesai acara ritual di lanjut dengan acara makan-makan bersama dan dan potong tumpeng.
Di samping itu ada juga yang mandi ke tempat sumber mata air yang sering disebut sendang Ngudal bertempat di timur Desa Sambeng. Konon katanya menurut nenek moyang ritual mandi (kungkum/berendam) di sendang adalah cara membersihkan diri dari hal-hal buruk seperti penyakit-penyakit yang ada di tubuh dan juga menghindari terkenanya penyakit atau bencana yang menimpa kita.
Kemudian ada tirakatan, tirakatan ini kelanjutan dari ritual mandi yang dilakukan di rumah-rumah sendiri atau di tempat yg sunyi jauh dari keramaian. Tirakatan sering disebut dengan tapa bisu, biasanya dilakukan setelah jam 12:00 malam.
Ritual tirakatan adalah melantunkan doa-doa dan bacaan selawat nabi dengan berulang-ulang sampai jam 03:30 pagi, ditemani oleh dupa untuk pengharum suasana dan penenang jiwa.
Untuk memperingati ulang tahun Jawa di desa kami banyak yang melakukan puasa sunah (Asyura dan Tasua) yang artinya puasa di tanggal 1 sampai tanggal 10 Muharam. Di sisi lain ada juga yang memakai make up (celakan atau eyeliner) di zaman modern ini, yang kalau zaman dulu menggunakan arang, khususnya untuk mewarnai bulu mata dengan warna hitam. “Itu adalah salah satu ritual dari nenek moyang, guna untuk menghindari terkenanya penyakit mata,” kata Ibu Khomariyah.
Kegiatan Masyarakat di Bulan Suro
Pada malam 10 Suro, masyarakat di Desa Sambeng mengadakan doa bersama di masjid guna puji syukur dan keselamatan. Waktu pelaksanaan adalah sehabis salat isya. Masyarakat berkumpul di serambi masjid dan membawa nasi tumpeng, sering disebut juga sedekahan. Adapun isi dari nasi tumpeng ialah nasi putih lauk-pauk dan sayuran yang ada. Tidak lupa kerupuk untuk pelengkap yang akan dimakan bersama setelah acara doa selesai. Dilanjut siraman rohani oleh Pak Abdul Koliq, biasanya doa yang dipanjatkan adalah doa tahlin dan bacaan-bacaan surat pendek.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bapak Rowiyanto, 35 tahun, pemerhati budaya desa Sambeng