“maju rono kae wae”

“nek aku maju rono, ngko iso kepangan”

“iso mangan loro kui”, seru anak-anak kecil saat bermain bas basan

Narasi

Bas basan merupakan permainan tradisional yang menggunakan gambar berbentuk petak petak yang digambar diatas tanah atau yang lainnya. Permainan ini dilakukan oleh dua orang. Di Desa Bigaran, umumnya permainan ini menggunakan daun dan kerikil sebagai alat geraknya, diantara dua pemain tidak boleh sama. Jika si pemain A menggunakan dedaunan maka si  pemain  B menggunakan batu, tujuannya agar antara milik dua pemain dapat dibedakan. Jumlah batu dan daun ada 32 buah, masing masing ada 16.

Cara memainkannya hampir mirip dengan catur yang membedakan bas basan hanya makan atau dimakan, tidak serumit permainan catur. Alat gerak dijalankan kedepan, kanan, kiri atau mundur, arahnya bebas dan dijalankan  satu langkah saja. Untuk cara memakannya, lawan harus melompati dengan syarat tempat tersebut kosong.  Bisa memakan minimal satu, bahkan bisa sampai tiga  sekaligus.

Pinsut

Sebelum permainan biasanya mereka pinsut untuk menentukan siapa yang berjalan lebih dulu. Permainan bergerak dari bagian paling depan untuk memulai permainan, setelah menggerakkan satu langkah maka pemain bergantian dengan pemain lain. Dari situlah mereka memulai untuk menyerang agar bisa memakan bidak milik lawan. Jika sudah termakan maka kerikil/daun tersebut diambil oleh tim pemakan dan dikeluarkan dari permainan.

Bidak kerikil/daun

Semakin banyak yang bertahan maka dia pemenangnya. Ketika kerikil/daun miliknya sudah habis maka permainan dinyatakan telah selesai. Permainan ini dilakukan bukan hanya sekedar untuk bermain tetapi ada sisi lain yang bisa didapatkan yaitu bagaimana mengatur strategi, menentukan pilihan dan mempertahankan bidaknya.

Gambar

Aturan Permainan

  1. Cara memainkannya hampir mirip dengan catur yang membedakan bas basan hanya makan atau dimakan, tidak serumit permainan catur.
  2. Alat gerak dijalankan kedepan, kanan, kiri atau mundur, arahnya bebas dan dijalankan  satu langkah saja.
  3. Untuk cara memakannya, lawan harus melompati dengan syarat tempat tersebut kosong.  Bisa memakan minimal satu, bahkan bisa sampai tiga  sekaligus.
  4. Semakin banyak yang bertahan maka dia pemenangnya. Ketika kerikil/daun miliknya sudah habis maka permainan dinyatakan telah selesai.

Relasi Budaya

Narasumber

  • Anak-anak di Desa Bigaran

Sumber Lain

 

Dari Kanal

Ulasan...