(Narasi oleh Alia Noviardita)
Narasi
“dul haikal, singkong” ucap seorang anak yang mendapat giliran menjaga sebuah kayu berjumlah tiga yang dipasang berdiri membentuk kerucut. Menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan teman-temannya yang lain. Setelah itu Ia berlari kesana kemari untuk melihat keberadaan mereka yang bersembunyi, sesekali kembali untuk menjaga kayu agar tetap berdiri.
Saat itu Ia sempat berjalan lebih jauh melihat kesana kemari, hingga ia lengah dengan pertahanannya. “Sawi“, kata seorang temannya berlari menghampiri kayu tersebut lalu menyambar dengan kayu yang dibawanya untuk merobohkan susunan kayu tersebut hingga terpisah dari lingkaran yang mengelilinginya. Anak yang berjaga itu kemudian berlari kembali ke susunan kayu berbentuk kerucut itu, lalu mendirikannya lagi. Semua teman-temannya yang berhasil Ia tangkap kini ikut kembali bersembunyi dan dia kembali berjaga.
batang kayu
Di atas adalah potongan keseruan anak-anak Dusun Sumberejo saat memainkan sebuah permainan tradisional yang disebut singkong sawi. Permainan singkong sawi merupakan permainan tradisional yang cukup terkenal di Desa Bigaran. Menurut pernyataan Mbah Mulalvi, umur 68 tahun, permainan singkong sawi hanya perlu kayu sebagai alatnya. Melibatkan anak anak yang cukup banyak sehingga permainan akan lebih seru untuk dimainkan. Mereka harus menyiapkan kayu masing masing satu, dan juga menyiapkan tiga kayu lagi untuk dipasang mengerucut di sebuah tanah yang sudah ditentukan, disekitar kayu tersebut dibentuk lingkaran dan diberi garis lurus. Dari garis tersebut lah mereka memulai permainan dengan cara melemparkan kayu ke arah luar garis.
“dul … singkong”
Setelah semua mendapat giliran melempar, mereka menghampiri kayu mereka masing masing untuk kemudian bisa dilemparkan lagi ke arah tiga kayu yang berdiri mengerucut tadi sehingga bisa merobohkan kayu tersebut. Pelemparan ini dilakukan sesuai urutan letak kayu, dimulai dari yang terjauh. Siapa yang bisa merobohkan maka urutan selanjutnya yang akan jaga. Setelah mendapatkan orang yang berjaga, semua orang bersembunyi, sedangkan yang jaga harus mendirikan kayu kerucut tadi agar berdiri lagi kemudian mencari teman temannya yang bersembunyi. Ketika dia tahu siapa yang dilihatnya, dia menghampiri kayu kerucut itu dan mengucapkan “dul (nama orang), singkong“ sembari menggambar tanda silang di dalam lingkaran yang terdapat tiga kayu tersebut. Menariknya ketika dia lengah, seseorang bisa merobohkan kayu tersebut dan semua orang yang terkena “dul” bisa kembali bersembunyi. Ketika ingin merobohkan dia harus mengucapkan “sawi” dan merobohkan tiga kayu dengan kayu miliknya. Namun jika sang penjaga dapat menemukan semua pemain yang bersembunyi, permainan dimulai dari awal lagi.
Gambar
Aturan Permainan
Relasi Budaya
- Permainan rakyat sejenis di Bigaran ; Bas-basan, Bekel, Barongan, Candak Ndodok, Dakon, Dingklik Oglak-aglik, Donald Bebek, Egrang, Endog-endogan, Engkling, Gasing Bluluk, Gobag Sodor, Kelinci, Keris-kerisan, Kokoko, Kubro-kubronan, Ndas-ndasan, Oplok-oplok, Patung-patungan, Pembela, Singkong Sawi, Sontokan, Uncal-watu, Tembak-tembakan Debog, Ze-ze, Lumlumban,
Narasumber
- Anak-anak Desa Bigaran
- Mbah Mulalvi, 68 Tahun, Sesepuh Desa; Permainan singkong Sawi hanya membutuhkan kayu sebagai alat permainannya