(Narasi oleh Taufik Hidayat dan Jamil Rochmatulloh)
Narasi
11 Mbelik
Desa Tegalarum memiliki beberapa sumber mata air yang berada di Dusun Susukan, Dusun Tegalwangi, Dusun Kedungrengit dan Dusun Prembulan. Berdasarkan penuturan masyarakat Desa Tegalarum dikelilingi oleh air. Berdasarkan penuturan Mbah Nur Sodiq atau sering disapa Mbah Gelo (74 tahun), mata air di Dusun Tegalwangi menjadi awal mula peradaban Desa Tegal. Dahulu masyarakat tidak memiliki sumur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga masyarakat menimba air menggunakan klenting. Klenting adalah gerabah yang dibentuk menyerupai gentong kecil yang digunakan untuk mengisi air. Masyarakat membawa klenting dengan cara digendong bagi perempuan dan nyunggi membawa klenting di kepala bagi laki-laki. Masyarakat memanfaatkan mbelik (mata air besar yang difungsikan) yang ada di Desa Tegal yang kini disebut Dusun Tegalwangi. Jumlah mata air atau mbelik yang ada di Dusun Tegalwangi berjumlah 11 mbelik. Mbelik yang dimanfaatkan untuk mengairi Pamsimas sejumlah lima, sedangkan dua mbelik sebelah barat dan timur digunakan untuk pemandian yang bentuk fisiknya sudah beratap dan tertutup. Sedangkan empat mbelik lainnya tidak difungsikan.
Kali Wetan
Mbelik terbesar di Dusun Tegalwangi berada di samping sungai klantungan. sungai kecil yang ada di belakang Dusun Tegalarum tepatnya di RT 03 yang akrab disebut kali wetan. Ada dua pohon besar beringin tepat diatas mbelik. Akar pohonnya melingkari kolam tersebut seakan membungkus dinding kolam tersebut. Airnya sangat melimpah dan sangat jernih sampai dasaran kolam tersebut terlihat dengan jelas. Air mbelik tersebut tidak pernah kering setiap tahunnya.
Ruwatan Suro
Setiap bulan Suro, sebagian masyarakat melakukan proses ruwatan di beberapa mbelik di Dusun Tegalwangi. Acara tersebut menjadi agenda tahunan yang dimulai dari berdoa bersama dan memakan tumpeng kluban dan ingkung ayam. Setelah itu masyarakat beranjak ke mbelik untuk melakukan bersih-bersih atau ruwatan. Masyarakat dari beberbagai kalangan usia mengikuti serangkaian acara tersebut. Acara ini selalu dinantikan oleh kalangan anak-anak karena di dasar kolam terdapat banyak belut dan uang receh dari masyarakat yang mencuci dan uangnya terjatuh. Setelah acara bersih-bersih selesai, masyarakat beristirahat dan sambil makan bersama. Makanan disediakan oleh masyarakat secara swadaya yang diperuntukan oleh seluruh masyarakat yang berpartisipasi.
Jathilan
Setelah itu, masyarakat kembali kerumah masing-masing untuk membersihkan diri dan beristirahat. setelah itu, menghadiri acara puncak untuk berdoa dengan tujuan bersyukur atas kelancaran dan keselamatan saat acara berlangsung. Acara dilanjutkan dengan penampilan Sri mudho Utomo sholawat pitutur jowo dilanjutkan pentas jathilan begitu pentas jathilan pungkasan acara ruwat di nyatakan selesai.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Mbah Nur Sodiq / Mbah Gelo, 74 tahun, Sesepuh Desa, Dusun Tegalwangi Desa Tegalarum